SIGI, MERCUSUAR – Hunian sementara (huntara) di Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan Tanambulava semuanya telah ditempati oleh 100 keluarga. Namun, belum semua penghuni huntara telah pulih perekonomiannya. Mereka pun berharap ada intervensi dari pemerintah guna pemulihan perekonomian mereka.
Amirudin (36), salah satu penghuni huntara Sibalaya Selatan menyatakan banyak penghuni yang sebelumnya memiliki usaha rumahan maupun kios. Namun, tempat usaha dan modal peralatan mereka hancur dan hilang akibat likuefaksi dan gempa pada September lalu.
“Jadi, kami yang buka usaha kecil ini masih kesulitan memperoleh penghasilan karena modal alat usaha dan kios rusak karena bencana likuefaksi lalu. Kami belum punya modal lagi dan juga tempat yang memadai untuk memulai kembali usaha kami yang dulu,” ungkap Amirudin, Selasa (22/1/2019).
Ia mengakui bahwa bantuan dari berbagai pihak, baik logistik, maupun pakaian memang masih ada untuk para penghuni huntara, namun yang dibutuhkan saat ini adalah pemulihan perekonomian agar masyarakat tidak selalu mengharapkan bantuan.
“Kalau masih sebulan, dua bulan, tiga bulan, wajarlah kita masih mengharapkan bantuan datang. Tapi tidak mungkin selamanya kita mengharapkan bantuan terus dan tidak mungkin juga bantuan selalu datang. Pasti ada waktunya bantuan itu terhenti, jadi sudah saatnya kita harus mandiri sesuai bidang profesi atau usaha masing-masing. Cuma ya itu kendalanya di modal,” sambungnya.
Olehnya, Amirudin berharap pihak pemerintah dapat memperhatikan secara lebih detail terkait perekonomian masyarakat setempat yang diakuinya belum pulih. “Salah satu contohnya usaha pembuatan kue. Rumah beserta alat-alat produksinya hancur. Sekiranya bisa dibantu pengadaan alat produksi supaya mereka bisa kembali berproduksi. Usaha ini juga melibatkan banyak ibu-ibu. Jadi sekarang mereka menganggur karena tidak ada usaha lagi,” tutupnya. BAH