SIGI, MERCUSUAR – Tim Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) melakukan pengembangan desa wisata berbasis anggrek alam, di Desa Karunia, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Dalam upaya pengembangan desa wisata tersebut, tim yang diketuai Dr. Zulkaidhah, SP., MP dengan anggota masing-masing Dr. Asri Pirade P. S.Si, M.Si, Sustri, S.Hut., M.Sc, dan Dr. Hut. Ir. Ariyanti, MP ini, melakukan perbanyakan anggrek secara vegetatif (stek, pemisahan rumpun dan kultur jaringan), pembuatan pupuk organic cair, pembuatan media tanam (arang kayu).
Ketua Tim PPDM di Desa Karunia, Dr. Zulkaidhah, SP., MP, Sabtu (24/10/2020) menjelaskan, pengembangan desa wisata berbasis anggrek alam ini bertujuan untuk meningkatkan pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mitra, juga untuk peningkatan keberdayaan mitra. Untuk Desa Karunia sendiri, tim PPDM bermitra dengan kelompok tani mitra, seperti Kelompok Tani Anggrek Vuri dan Kelompok Tani Anggrek Karunia.
Lanjut Dr. Zulkaidhah, Desa Karunia yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Sebagai salah satu kawasan konservasi di Sulteng, Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Salah satu potensi sumber daya hutan adalah anggrek alam yang diperkirakaan sekitar 50 genus anggrek, yang menyebar pada ketinggian 600-800 mdpl di wilayah TNLL. Beberapa di antaranya termasuk endemik seperti anggrek bulan merah (Phalaenopsis celebencis), anggrek bulan putih (Phalaenopsis amabilis) dan anggrek bulan kuning (Phalaenopsis amboinensis), Coelogyne sp., Bulbophyllum, Dendrobium, Vanda dan berbagai jenis lainnya yang memiliki nilai estetika tinggi. Hal inilah kata dia, yang menjadi faktor penyebab banyaknya masyarakat Desa Karunia yang mengembangkan anggrek alam sebagai pendapatan tambahan.
Menurut Dr. Zulkaidhah, selain bertani, penduduk Desa Karunia juga menggantungkan hidupnya dari pengambilan hasil hutan, seperti anggrek alam, yang kemudian dijual secara langsung pada kolektor-kolektor anggrek, maupun kepada pengumpul, yang nantinya akan dijual kembali di nurseri-nurseri yang ada di Kota Palu.
“Menjual anggrek alam dianggap sebagai mata pencaharian tambahan yang sangat menjanjikan. Hal ini karena selain anggrek alam bisa dengan mudah didapatkan di dalam kawasan hutan, anggrek ini juga memiliki harga jual yang sangat tinggi dibanding dengan jenis tanaman hias lainnya,” jelasnya.
Beberapa tahun terakhir kata dia, usaha penjualan anggrek alam semakin meningkat di Desa Karunia. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa kelompok tani yang bergerak dalam usaha penjualan tanaman hias khususnya anggrek alam. Hingga saat ini, kelompok tani anggrek masih sebatas mengambil bunga dari dalam kawasan hutan.
Secara ekonomi kata dia, hal ini sangat membantu masyarakat karena dapat memberikan pendapatan tambahan. Namun menurutnya, jika hal ini dibiarkan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, akan mengancam kepunahan anggrek yang ada di wilayah TNLL, yang sebagian besar merupakan anggrek endemik Sulawesi, apalagi jika tidak dibarengi dengan kegiatan pelestarian.
Pengembangan tanaman anggrek alam memiliki prospek pasar yang sangat menjanjikan, karena sebagai tanaman hias, anggrek alam mempunyai bentuk yang sangat beragam dan warna yang sangat indah, dapat hidup lama di dalam ruangan, memiliki harga jual yang sangat tinggi, dapat dipasarkan dalam bentuk bunga pot maupun bunga potong, serta beberapa jenis anggrek juga memiliki umbi semu yang mengandung serat, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan anyaman kerajinan tangan. Potensi inilah yang menurutnya, nantinya bisa dimanfaatkan bagi penduduk Desa Karunia sebagai kunci alternatif strategi perlindungan dan pelestarian anggrek alam.
Salah satunya yaitu untuk dikembangkan sebagai obyek penunjang dunia pariwisata. Selain mampu memberi pendapatan langsung kepada pemda setempat, sektor pariwisata secara langsung/tak langsung juga memberi imbas pada pergerakan aktivitas ekonomi masyarakat, terutama di sekitar kawasan Taman Nasional. Salah satu bentuk program alternatif dalam mengembangkan pola wisata ekologis (ecotourism) adalah kegiatan perlindungan anggrek alam, sebagai organisme yang terancam punah dan juga habitat tempat hidup anggrek alam.
“Untuk itu Program PPDM ini perlu dilakasanakan, dengan tujuan untuk membantu masyarakat Desa Karunia untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal, melalui usaha pengembangan anggrek alam yang berkelanjutan. Hal ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan desa secara terintegrasi, menuju Desa Wisata Berbasis Anggrek,” lanjut dosen Fakultas Kehutanan Untad Konsentrasi Budidaya Hutan ini.
Pihaknya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ristek Dikti, Rektor Untad, LPPM Untad, Dekan Fakultas Kehutanan Untad beserta staf, Kelompok Tani Anggrek Desa Karunia, dan seluruh jajaran pemerintahan Desa Karunia, Kecamatan Palolo, yang terlibat dalam program pengabdian ini, serta semua pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini. JEF/*