SIGI, MERCUSUAR – Pengolahan nira aren menjadi gula semut menjadi fokus tim PPDM di Desa Bakubakulu Kabupaten Sigi, dalam upaya pengembangan hasil hutan bukan kayu, di desa yang ada di kawasan penyangga Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) tersebut. Demikian dikatakan ketua tim PPDM Desa Bakubakulu, Abdul Hapid, S.Hut., M.Sc, Sabtu (24/10/2020).
Tim yang diketuainya dengan anggota dari Fakultas Kehutanan Untad, masing-masing Dr. Ir.Hj.Wardah, M.FSc, Dr. Sudirman Dg Massiri, S.Hut., M.Si, serta Hamka, S.Hut., MP ini, mengembangkan pengolahan nira aren menjadi gula semut, dengan pertimbangan potensi Aren yang tinggi dan tumbuh secara alami di lokasi agroforestri dan kawasan TNLL, khususnya di Desa Bakubakulu. Potensi ini kata Abdul Hapid, sebelumnya tidak dkelola secara optimal, karena hingga saat ini belum ada penerapan teknologi budidaya aren.
“Sejak dahulu aren hanya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber pendapatan, terutama gula cetak dari nira aren, yang proses pengolahannya masih sangat tradisional, yang diperoleh secara turun-temurun. Belum ada usaha untuk diversifikasi produk nira. Untuk meningkatkan nilai jual, nira aren dapat diolah menjadi produk dalam bentuk gula cair, gula semut (palm sugar), asam cuka dan spritus yang bernilai ekonomi tinggi,” jelasnya.
Gula semut sendiri, merupakan gula merah versi bubuk yang diproses dengan cara lebih modern. Gula ini sering digunakan untuk membuat kue, karena cita rasanya yang tidak terlalu manis, tapi memiliki aroma karamel yang kuat. Permintaan akan gula semut terus meningkat dari waktu ke waktu. Ini tidak lepas dari usaha para produsen gula semut yang terus melakukan pendidikan pasar. Terhadap target pasar industri yang sangat mempertimbangkan efisiensi, mereka terus menonjolkan sisi kepraktisan dari gula semut, dibandingkan dengan menggunakan gula merah biasa.
Selain itu gula semut memiliki manfaat yang sangat banyak, di antaranya memiliki aroma khas yang merangsang selera, memiliki Indeks Glisemik (IG) yang sangat rendah, aman bagi kesehatan karena pengolahannya tidak menggunakan bahan kimia, Mengandung unsur Farmakologi yaitu Riboflavin (dapat membantu pembentukan antibodi), Thiamin (memperkuat sistem syaraf), Niacin (Menurunkan kadar kolesterol) dan Asam Askorbat (dapat mencegah kanker). Selain itu, dengan pengemasan gula semut yang baik maka akan menambah daya tari konsumen dan memiliki daya simpan yang lebih lama.
Abdul Hapid juga menjelaskan, pembuatan gula semut dari nira aren tidak membutuhkan teknologi yang canggih. Hanya dibutuhkan keterampilan dalam mengaduk nira saat dimasak. Gula semut dibuat dengan cara mengaduk secara terus menerus nira aren yang sudah dimasak, agar terjadi penguapan yang berfungsi untuk menghilangkan kadar air sampai mengkristal. Gula semut merupakan gula merah versi bubuk dan dinamakan gula semut, karena bentuk gula ini mirip rumah semut yang bersarang di tanah.
Dirinya menjelaskan, Aren (Arenga pinnata M.) sendiri sebagai penghasil nira aren, merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang berpotensi dikembangkan. Hampir semua bagian tumbuhan ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Secara ekologis, aren memiliki beberapa keunggulan sebagai tanaman konservasi dibandingkan dengan tanaman lain, karena aren dapat tumbuh dengan baik di antara pepohonan maupun di antara semak. Selain itu, aren juga mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi dan dapat tumbuh pada tanah liat berkapur atau berpasir. Selain ramah lingkungan. aren juga bisa tumbuh di dataran rendah, lereng bukit maupun pegunungan, pada ketinggiam 10-1400 m dpl.
Upaya pengembangan pengolahan nira aren menjadi gula semut ini kata Abdul Hapid, juga dilakukan untuk peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, dengan pengembangan hasil hutan bukan kayu yang ada di sekitar kawasan taman nasional. Keberadaan kawasan penyangga seperti Desa Bakubakulu di taman nasional penting, karena berhubungan dengan kepentingan masyarakat terhadap taman nasional, baik berupa kebutuhan lahan, obat-obatan, pemenuhan kayu, lahan, sumber air bersih, dan hasil hutan non kayu lainnya.
“Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan taman nasional yang masih sangat tinggi, mengakibatkan tekanan terhadap hutannya. Oleh karena itu perlu usaha untuk mengurangi tekanan masyarakat terhadap kawasan taman nasional, sehingga dapat menjaga kelestarian hutan. Bentuk usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, dengan pengembangan hasil hutan bukan kayu, seperti nira aren,” jelasnya.
Pihaknya juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah membiayai kegiatan pengabdian ini melalui skim PPDM. Dirinya berharap program ini dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, juga membantu upaya menjaga kelestarian taman nasional. JEF/*