SIGI, MERCUSUAR – Sanggar Seni Kololio yang terletak di Desa Kaleke, Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi, melaksanakan pentas seni dan budaya, Sabtu (21/11/2020), bertempat di Aula SMP Negeri 2 Sigi, di Desa Pewunu. Pentas seni dan budaya ini mengangkat tema Penguatan Kearifan Lokal Dalam Rangka Pencegahan Konflik dan Penyebaran Paham Radikalisme.
Pertunjukan berdurasi 14 menit ini, mengangkat tema tentang sejarah masuknya Islam di Dolo secara ideologi. Dalam hal ini, pimpinan organisasi pergerakan, Syarikat Islam (SI) HOS Cokroaminoto, menjadi sampel yang diceritakan lewat sastra dan musik.
Pertunjukan yang diinisiasi oleh Sanggar Seni Kololio ini sendiri, merupakan upaya sosialisasi program bantuan dana kearifan lokal, oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) melalui Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial (PSKBS) untuk Sulawesi Tengah (Sulteng). Bantuan ini kemudian ditindaklanjuti oleh Dinas Sosial Provinsi Sulteng dan Dinas Sosial Kabupaten Sigi, kepada Sanggar Seni Kololio sebagai penerima bantuan.
Kepala Seksi Bencana Sosial pada Dinas Sosial Kabupaten Sigi, Nawir Daeng Mangala, dalam sambutanya mewakili Kepala Dinas Sosial Propinsi Sulteng, sekaligus membuka acara mengatakan, tujuan utama dilaksanakan pentas seni dan budaya ini, ada tiga hal. Pertama, melestarikan kesenian dan budaya tradisional untuk penguatan kearifan lokal. Kedua, pencegahan konflik. Ketiga, menekan paham radikalisme yang mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pihaknya berharap, dengan pertunjukkan ini, suasana konflik yang dahulu ada bisa dikikis, misalnya dimulai dari rembuk bersama, untuk mempersiapkan materi pentas. Kemudian kata dia, lewat pertunjukan ini diharapkan dapat menangkal radikalisme melalui kearifan lokal, yang pesannya disampaikan lewat materi pertunjukan, seperti gotong royong (mosiala pale), sehingga jika ada isu-isu yang bertentangan dengan Pancasila, masyarakat dapat menangkalnya dengan kearifan lokal.
“Kemensos mengucurkan bantuan dana kearifan lokal sebesar Rp50 juta, yang digunakan untuk sejumlah hal, seperti untuk pembelian alat musik tradisional, di mana diharapkan generasi muda mampu memainkannya sebagai bentuk pewarisan budaya. Kemudian, kostum pertunjukan yakni pakaian daerah, untuk menumbuhkan rasa kecintaan dan identitas kelokalan kita sebagai orang Kaili dan bagian dari Indonesia,” jelasnya.
Ditanyakan mengapa Sanggar Seni Kololio yang dipilih sebagai penerima, Nawir menjelaskan, sebelumnya pihaknya telah berkonsultasi dengan pemerintah daerah. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan. Pertama, sanggar ini eksis dalam melestarikan kebudayaan dan aktif dalam membangun kreativitas. Kedua, proses karyanya sudah banyak, sehingga layak mendapat apresiasi.
“Harapannya jangan hanya mengharapkan bantuan, karena bantuan ini sifatnya hanya rangsangan. Kami juga berharap, kedepan upaya melestarikan budaya, mencegah konflik dan menangkal radikalisme ini, dapat terus dilakukan,” ujarnya.
Pendiri sekaligus pembina Sanggar Seni Kololio, Agung Cahyanto, mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Sosial atas bantuan dana kearifan lokal tersebut. Terkait ide pertunjukan, dirinya menyebut pertunjukan ini menyiratkan pesan, bahwa konflik sering terjadi, karena tidak adanya pengetahuan masyarakat atau regenerasi akan ingatan sejarah. JEF