SIGI, MERCUSUAR – Kecaman terhadap aksi kekerasan yang menewaskan empat warga Dusun Lewonu, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, beberapa hari lalu, terus berdatangan dari sejumlah pihak. Salah satunya adalah Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pondok Pemuda Indonesia (PPI), Rizaldy Alif Syahrial, yang juga merupakan putera daerah Sigi.
Menurutnya, kasus itu harus secepatnya diusut tuntas oleh aparat keamanan, agar suasana tidak semakin mencekam.
Ia mengaku khawatir, kasus itu akan berpengaruh terhadap roda perekonomian daerah, salah satu contoh adalah ditutupnya kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) untuk sementara waktu. Ditutupnya kawasan TNLL, katanya, dapat mengganggu stabilitas ekonomi masyarakat yang bergantung hidup dari sektor pariwisata di kawasan tersebut.
“Bayangkan ada berapa keluarga yang hidup dari TNLL. Belum lagi pedagang sayur-sayuran dan warga yang mengantungkan hidupnya dari hasil hutan. Siklus perekonomian akan terganggu. Jangan sampai dampak yang terjadi lebih dari itu,” ujar Rizaldy, Rabu (2/12/2020).
Mantan Ketua Umum Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kabupaten Sigi (IPPMASI) itu menambahkan, seluruh pihak harus berupaya untuk membangun kebersamaan dalam keberagaman. Sebab selama ini Sigi dikenal sebagai daerah yang damai di tengah keberagaman suku dan agama.
Baginya, peristiwa itu murni adalah kejahatan, serta merupakan urusan negara dalam melindungi rakyatnya dalam melawan aksi terorisme.
Dia juga meminta pada semua pihak untuk tidak terprovokasi ke dalam isu suku dan agama. “Semua pihak harus mengusahakan perdamaian. Kita semua tahu peristiwa yang terjadi di Kabupaten Poso beberapa tahun lalu. Tentu kita tidak ingin hal serupa terjadi di Kabupaten Sigi. Kita tidak ingin ada trauma yang diwariskan ke anak cucu. Kita harus bekerjasama untuk mengatasi kejadian ini, dan untuk menjaga kedamaian di Sigi,” tambahnya.
ANAK MUDA HARUS SIAP JAGA PERDAMAIAN
Selain itu, ia juga mengemukakan sudah saatnya anak muda untuk mengambil peran besar dalam menjaga perdamaian dan tidak terprovokasi dengan isu-isu yang dibangun pascaperistiwa itu, terutama isu yang berkaitan dengan Agama. “Kita harus menyatukan kekuatan untuk membangun Sigi di tengah pandemi. Ini murni kejahatan dan tidak ada kaitannya dengan agama. Agama tidak pernah mengajarkan kekerasan,” tegas Rizaldy.
Pada kesempatan itu, ia meminta agar proses penegakan hukum pada peristiwa pembantaian ini dilaksanakan dengan cermat, dan mempertimbangkan dampaknya bagi perekonomian, sosial dan politik. JEF/*