SIGI, MERCUSUAR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi akan menggelar Festival Bunyi Bungi di Rano Bungi Desa Kabobona, Kecamatan Dolo dan di Desa Toro Kecamatan Kulawi.
Kegiatan dijadwalkan berlangsung tiga hari yakni 29 Agustus hingga 1 Septmber 2018. Pada 30 dan 31 Agustus 2018 di Rano Bungi Desa Kabobona, sedangkan 1 September di Desa Toro Kecamatan Kulawi.
Demikian dikatakan Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemkab Sigi Ariyanto, Selasa (28/8/2018).
Dijelaskannya, kegiatan tersebut mengacu pada platform kebudayaan Indonesiana adalah inisiatif baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mendorong dan sekaligus memperkuat upaya Pemajuan Kebudayaan sesuai UU Nomor 5 Tahun 2017. Dalam UU itu menyebutkan melalui gotong royong penguatan kapasitas daerah dalam menyelenggarakan kegiatan budaya sesuai azas, tujuan, dan objek pemajuan kebudayaan.
Fetival Bunyi Bungi yang digelar di Kabupaten Sigi, katanya, salah satu kegiatan budaya tahun 2018 yang didukung melalui platform kebudayaan Indonesiana.
Festival dengan tema ‘Membaca Adab dan Peradaban’ itu, untuk melihat kembali perkembangan adat dan tradisi di Kabupaten Sigi yang berkaitan erat dengan bungi melalui seni pertunjukan, musik, dan ritual.
“Bungi dalam definisi lokal masyarakat Kaili berarti sebuah daratan yang terbentuk karena surutnya air sungai. Lahan tersebut kemudian difungsikan sebagai area perkebunan tradisional, tambang pasir, bahkan permukiman penduduk. Bungi memang sangat dekat dengan sistem kehidupan sosial masyarakat Kaili,” jelas Kabag.
Olehnya, festival itu diharapkan dapat menjadi medium yang menginspirasi para pesertanya dan juga ajang apresiasi untuk terus melestarikan kawasan Bungi dan kebudayaan yang hidup di sekitarnya. Sehingga dalam Festival Bunyi Bungi tidak ada batasan tafsir terhadap ‘bungi’.
Dewan Kesenian Sigi dan Pemerintah Kabupaten Sigi mengundang berbagai kelompok seni kontemporer dan seni rakyat untuk menunjukkan interpretasi mereka terhadap makna dan semangat kebudayaan ‘bungi’ dalam karyanya.
Festival Bunyi Bungi, tambahnya, juga mengambil lokasi di Kampung Adat Toro, Kecamatan Kulawi. Hal itu merupakan penghargaan terhadap masyarakat adat di Kabupaten Sigi, sekaligus edukasi bagi warga Sigi untuk mengenali kembali kampung adat.
12 KOMUNITAS SENI
Festival Bunyi Bungi, lanjut Kabag, akan dihadiri oleh sekira 12 komunitas seni yang terdiri dari beberapa kabupaten di Sulteng.
Pada kegiatan festival itu Sigi menghadirkan pertunjukan masyarakat adat, yaitu Raego Pombewe, Vadi, Raego Bunga, Raego Kulawi, Teater Kampung Cermin. Kemudian dari Kabupaten Parigi Moutong yaitu Gie Art dari Parigi Moutong, Kota Palu akan tampil musik Juli Idin Landja, Eman Saja, Culture Project, tari dari Komunitas Lobo. Sementara Kabupaten Donggala akan hadir musik Dade Ndate, S.S Gonenggati.
Festival Bunyi Bungi juga menghadirkan seniman dari luar Sulteng dan mancanegara. Dari luar Sulteng, yakni Teater oleh Ishakim dari Makasar, Etik Kajol, Bambang Oeban dari Jakarta, Nungki Nur Cahyani dari Jogjakarta, I Wayan Sudiarsa dari Bali, Redy Eko Prasetyo dari Malang yang akan berkolaborasi dengan Kelompok Musik Beastree dari Sigi.
Sementara itu, dari mancanegara adalah musisi Arington dari Amerika. “Selain pertunjukan yang digelar setiap malam, maka ada pula acara Dialog Budaya pada tanggal 31 Agustus 2018 di Desa Toro yang menghadirkan pembicara Budayawan Sigi, Dirjen Kebudayaan dari Kemendikbud RI, Bupati Sigi, dan Tokoh Adat Toro,” ujar Kabag.
Untuk memperkenalkan generasi muda Sigi dan masyarakat pada umumnya, maka diadakan Jelajah Budaya ke Kampung Adat Toro tanggal 1 September 2018. “Festival Bunyi Bungi ini sudah dirintis secara mandiri oleh para pelaku seni di Kabupaten Sigi,” tutupnya. AJI