SIGI, MERCUSUAR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi terus bergerak melakukan pemulihan sejak masa darurat, transisi, hingga masa rehabilitasi dan rekonstruksi, pasca bencana 28 September 2018. Bupati Sigi, Moh Irwan Lapatta mengatakan, untuk pemulihan pasca bencana, dirinya akan terus bergerak dan mohon bantuan kepada LSM maupun NGO, serta Yayasan Allianz Peduli, Senin (11/3/2019).
Kata dia, jika kita tidak mencari bantuan di luar, maka kita tidak dapat bantuan untuk pemulihan. Masyarakat kata dia, tidak pernah tahu, apa yang kita lakukan, akhirnya melakukan demo dan akti protes lainnya, menyampaikan seolah pemerintah tidak peduli, pemerintah tidak memperhatikan masyarakat.
“Apa yang disampaikan masyarakat wajar, hampir enam bulan seperti ini, dalam suasana yang luar biasa, kita juga tidak bisa langsung bergerak,” jelas Bupati.
Kata bupati, jika masyarakat yang bicara seperti itu, tidak mengapa, akan tetapi menurutnya, ada oknum yang punya kepentingan lain, mendorong kepentingan itu untuk dijadikan sebuah komoditas. Ini yang kurang baik dan sangat tidak baik, dan hal ini yang pihaknya sayangkan,
Irwan mengajak, kalau mau bergerak, mari kita bangun bersama daerah ini, sama-sama membangun Indonesia dan sama-sama membangun Sulteng. Kata dia, itulah yang kita inginkan, tidak saling menghantam dan lain sebagainya.
Tentunya kata dia, terkait persoalan ini, juga ada beberapa hal yang masih tersisa, selain hunian sementara (Huntara) dan hunian tetap (Huntap). Ada dua nilai yang dilakukan dari sebuah kebijakan nasional, setelah melakukan rapat dengan Korem 132 Tadulako, terkait ruang yang masuk relokasi untuk Sigi, yakni Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan Tanambulava, Desa Jono Oge dan sebagian Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru.
Sesuai kebijakan pemerintah, masyarakat yang menerima huntap, mereka tidak akan memperoleh dana stimulan. Oleh karena itu, masyarakat harus memahami, jangan berpikir kalau dapat huntap, mereka dapat juga dana stimulan. AJI
