198 CPNS Parmout Terima SK 80 Persen

ilustrasi-pernikahan-dini

PARMOUT, MERCUSUAR – Pernikahan dini salah satu faktor tingginya Stunting di Parigi Moutong. Hal itu menjadi pembahasan Rapat Tim Teknis Penurunan Stunting di Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) di ruang rapat Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Parmout, Kamis (10/10/2019).

Kepala Bidang Sosial Budaya Bappelitbangda Parmout, Abd Sahid S.Pd mengatakan pernikahan dini salah satu penyumbang tingginya angka stunting, karena usia pernikahan terlalu muda dan bisa menyebabkan risiko bayi stunting. 

Banyak yang melakukan pernikahan dini, kata ia, padahal secara fisik, mental dan ekonomi belum siap menjadi orang tua, serta pengetahuan tentang asupan gizi juga belum luas sehinga risiko stunting pada bayi jauh lebih besar. “Saya kira pernikahan dini juga salah satu penyebab tingginya Stunting,” ucapnya.

Lanjut Sahid, sangat dibutuhkan peran para bidan desa untuk memantau dengan ketat pertumbuhan bayi. Sebab bidan desa adalah ujung tombak kesehatan ibu dan anak, hingga bidan desa harus mampu menekan angka kematian ibu dan bayi serta pencegahan Stunting. 

Pada kesempatan itu, juga dibahas tentang perencanaan dan penganggaran dilakukan secara terintegrasi sampai ketingkat desa dalam upaya mencegah stunting.

“Mari melalui rapat teknis ini kita bangun koordinasi dan kerjasama yang lebih masif lagi guna mengatasi stunting di Kabupaten Parigi Maoutong. Diperlukan kerjasama berbagai pihak, yaitu kerjasama antara Dinas Sosial, Dinas Kesehatan (Dinkes) termasuk Rumah Sakit dan Puskesmas, Dinas Ketahanan Pangan, pihak desa dan kelurahan, dan tidak kalah penting pihak Posyandu dan Tim Penggerak PKK,” tandas Sahid.

Sementara Kepala Dinkes Parmout, dr Revy Tilaar mengatakan stunting adalah kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak normal. Hal tersebut disebabkan kekurangan gizi kronis, sehingga manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth falthering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.

Anak stunting, sambungnya, beresiko tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya, hingga penurunan stunting membutuhkan intervensi terpadu mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. 

Dikatakan Revy yang perlu diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh serta sanitasi dan akses air bersih. 

“Seringkali masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah Stunting terutama masalah ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Maslah ekonomi kurangnya kemampuan keluarga untuk membeli makanan bergizi seperti susu, buah buahan, sayuran dan lain lain sehingga ketika masa kehamilan bayi dalam janin tidak mendapat asupan makanan bergizi. Ini yang menyebabkan anak Stunting,” tandasnya, Jumat (11/10/2019). TIA/*

 

Pos terkait