Amaliah Ramadan Berjalan Khidmat dan Kondusif

PALU, MERCUSUAR – Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulteng, H. Ulyas Taha menyampaikan, secara umum pelaksanaan ibadah puasa dan amaliah Ramadan di Provinsi Sulteng berjalan khidmat dan kondusif.

Hal itu disampaikan Ulyas, pada Rapat Koordinasi (Rakor) Lintas Sektoral terkait kesiapan menghadapi Idulfitri 1444 H/2023 M, yang digelar Polda Sulteng, di salah satu hotel di Palu, Rabu (12/4/2023).

“Hingga hari ke-21 Ramadan, secara umum pelaksanaan ibadah puasa dan amaliah Ramadan di Sulawesi Tengah berjalan khidmat dan kondusif,” terang Ulyas.

Pada kesempatan itu, Ulyas menyampaikan pihaknya menyusun beberapa strategi dan kebijakan, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan amaliah Ramadan, hingga persiapan menyambut Idulfitri.

“Berbagai langkah telah dijalankan oleh Kemenag Sulteng, sejak pekan pertama Ramadan. Termasuk koordinasi dan penetapan zakat fitrah, dalam bentuk bahan pokok beras dan uang,” ungkap Ulyas.

Ia mengungkapkan, nilai Rupiah zakat fitrah per orang, pada masing-masing kabupaten dan kota se-Sulteng cukup bervariasi. Umumnya berkisar Rp32.500, di mana nilai terendah di Kabupaten Sigi Rp30.000 per orang, dan tertinggi di Kabupaten Banggai sebesar Rp36.750.

Ulyas juga mengungkapkan, Kemenag akan melaksanakan rukyatul hilal (pemantauan hilal) secara serentak di seluruh Indonesia, pada Kamis (20/4/2023) mendatang.

“Penetapan Idulfitri 1 Syawal 1444 H oleh pemerintah didahului pelaksanaan rukyatul hilal dan sidang isbat yang dipimpin oleh Menteri Agama. Terdapat 124 Lokasi di seluruh Indonesia yang ditetapkan sebagai tempat rukyatul hilal,” jelasnya.

Di Sulteng, lokasi Rukyatul Hilal dipusatkan di Gedung Hisab Rukyat Kemenag di Desa Marana, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala.

Terkait potensi perbedaan waktu Hari Raya Idul Fitri tahun ini, Ulyas menekankan tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk meruncingkan keadaan, sehingga menimbulkan keresahan dan perselisihan di antara umat Islam.

“Perbedaan penetapan awal Ramadan dan Hari Raya Idulfitri 1 Syawal bukan hal baru yang terjadi di Indonesia. Melihat kemungkinan yang terjadi, tentu saja dibutuhkan pemahaman dan kedewasaan dalam menyikapi dan menghargai perbedaan tersebut,” tegas Ulyas. */IEA

Pos terkait