PALU, MERCUSUAR – Gubernur Sulteng Longki Djanggola mengatakan angka prevalensi stunting di Sulteng turun sangat signifikan. Dalam kurun waktu delapan tahun yaitu tahun 2013 hingga 2019, Sulteng berhasil menurunkan angka stunting dari 41,38% menjadi 31,26% atau turun 10,12%.
“Tentunya hasil yang baik ini, tidak terlepas dari upaya dan usaha semua elemen yang terlibat baik tingkat pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten serta lembaga non pemerintah lainnya,” kata Gubernur saat penyerahan penghargaan kinerja kabupaten terbaikaksi penurunan stunting se Sulteng 2020 di di Hotel Best Westrn Palu, Selasa (1/12/2020).
Dijelaskannya, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), hingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. “Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis dimasa dewasanya,” tuturnya.
Olehnya itu, Gubernur mendukung dan mengapresiasi Bappeda Sulteng bersama stakeholder dan seluruh pihak terkait, hingga kegiatan dapat terselenggara sebagai penghargaan dan motivasi atas kerja keras dan kolaborasi pemerintah daerah dalam menjalankan aksi konvergensi intervensi untuk meningkatkan penurunan stunting di daerahnya.
Sebab percepatan penurunan kematian ibu dan stunting merupakan salah satu prioritas nasional dan telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu proyek prioritas strategis (major project) yang harus didukung dan wajib diseriusi oleh Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah, serta lembaga non pemerintah.
Sementara itu, Pjs Kepala Banpeda Sulteng, Faisal Mang mengatakan Pemprov Sulteng telah melaksanakan fasilitasi dan supervisi serta pembinaan dan pengawasan penerapan delapan aksi integrasi untuk meningkat keterpaduan intervensi gizi spesifik dan sensitif bagi keluarga sasaran prioritas nasional percepatan penurunan Stuning oleh Kabupaten/kota.
Untuk itu diumumkan lewat Surat Keputusan bernomor 430/435/BAPPEDA-G.ST/2020.Faisal Mang,Selasa (1/12/2020) bertempat di Hotel Best Westrn Palu.
Dijelaskannya, ada tiga poin penilaian kinerja untuk memberikan informasi, yakni dari aspel kinerja apa saja yang sudah atau yang masih perlu ditingkatkan dari setiap kabupaten/kota. Perbandingan kinerja kabupaten/kota se Sulteng, pembelajatan (Peer Learning) untuk meningkatkan kualitas dan hasil pelaksanaan delapan aksi konvergensi/integrasi.
EMPAT KABUPATEN RAIH PENGHARGAAN
Hasilnya, Kata Faisal Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) memperoleh Kategori Kabupaten Paling Replikatif Tahun 2020 pada aksi percepatan penurunan stunting. Selain itu, Parmout juga memperoleh penghargaan Kategori Tampilan Pameran dan Desa Lokus Terbaik Tahun 2020
Selain itu, ada tiga Kabupaten lainnya juga memperoleh penghargaan, yakni Kabupaten Sigi, Morowali dan Kabupaten Banggai. “Kabupaten Sigi dan Kabupaten Morowali ditetapkan sebagai daerah paling inspiratif dalam menekan angka stunting di Sulteng. Sementara Kabupaten Banggai ditetapkan sebagai daerah paling Inovatif,” jelasnya.
Ditambahkan Faisal, tahun 2021 kabupaten lokus stunting di Sulteng akan bertambah satu, yakni Kabupaten Bangai Kepulauan.
Anggran dukungan penaganan stunting di Sulteng bersumber APBD murni, untuk tahun 2020 sebesar Rp70.563.664.911 dan 2021 Rp72.348.659.387. Anggaran itu berada di Dinas Kesehatan, Bappeda, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Perkebunan dan Peternakan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Sosial, Dinas Pangan, Dinas Perikanan dan Kelautan dan Dinas Cipta Karya dan SDA. ABS