ASF Tidak Menular ke Manusia

PALU, MERCUSUAR – Virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika yang menyerang ternak babi disebut tidak menulari manusia, dan babi yang terkontaminasi masih aman untuk dikonsumsi.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan dan Kesmavet) Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Sulteng, Dandy Alfita, mengatakan meskipun positif terpapar ASF, babi masih layak dikonsumsi. Sebab, virus ASF hanya menularkan penyakit ke babi, tidak kepada manusia.

“ASF ini bukan penyakit menular ke manusia, tetapi ke kawanan babi saja. Apabila terinfeksi, terus dipotong, masih bisa dikonsumsi. Tinggal dimasak dengan baik,” kata Dandy, saat ditemui, Selasa (23/5/2023).

Ia menambahkan, saat ini kasus babi yang dapat bertahan hidup setelah terinfeksi ASF belum ditemukan. World Organization of Animal Health (WOAH) menyarankan dengan memasak daging selama 20 menit pada suhu 60 derajat celcius, dapat menonaktifkan virus.

Sedangkan pada daging beku, ASF dapat bertahan hingga 1.000 hari, sehingga penularan antardaging beku sangat berpotensi. Apabila ada temuan, daging beku tersebut segera dimusnahkan.

Meskipun tidak berdampak negatif pada tubuh manusia, lanjut Dandy, pihaknya tetap menerapkan beberapa langkah untuk mengantisipasi penyebaran virus ASF.

Disbunnak memberikan rekomendasi pengetatan, dan melakukan lockdown pada kandang-kandang yang terpapar. Selain itu, seluruh kandang babi yang ada di zona terpapar virus ASF juga akan disemprot disinfektan.

“Harus dapat dipastikan babi itu sehat ketika akan dikonsumsi, dengan menonaktifkan virusnya, dan lalu  lintas ternak babi izinnya harus diperketat. Selama ini, babi yang masuk ke Sulteng berasal dari Sulsel,” ujar Dandy.

Sampai dengan saat ini, ungkapnya, status virus ASF di Sulteng masih dalam pengawasan. Balai Veteriner sudah mengambil sampel dan melakukan uji laboratorium. Sementara daging maupun ternak babi yang terpapar langsung dibakar.

Hingga saat ini vaksin yang dapat mencegah penyebaran virus ASF belum tersedia. Sehingga, Dandy menyarankan kepada para peternak babi untuk memberikan pakan ternak bernutrisi, menjaga kebersihan kandang dengan sering menyemprotkan disinfektan sebagai langkah-langkah pencegahan.

“Vaksin belum ada, solusi pengendalian ASF adalah mengendalikan lalu lintas ternak yang keluar, dengan memastikan memiliki dokumen karantina 14 hari. Untuk daerah yang nol kasus, tidak dilarang untuk menjual babinya, selama dipastikan bebas virus ASF,” pungkasnya. ABS

Pos terkait