MORUT, MERCUSUAR – Banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Morowali Utara (Morut) menyebabkan dua orang warga tewas.
Kedua warga tersebut, yakni Firman Idayat (15) warga Desa Malino Jaya, Kecamatan Soyojaya dan Arif Rahmat (60) warga Desa Tirongan Atas, Kecamatan Bungku Utara.
Diketahui, banjir di Morut menyebabkan ratusan rumah warga di lima Kecamatan terendam, yakni Kecamatan Mamosalato, Bungku Utara, Soyojaya, Petasia Barat dan Kecamatan Petasia Timur. Tinggi genangan air bahkan mencapai atap rumah warga.
Kapolres Morut, AKBP Dadan Wahyudi menjelaskan bahwa jenazah Firman Idayat ditemukan di pinggir sungai dekat jembatan yang menghubungkan Desa Malino dan Desa Malino Jaya di Kecamatan Soyo Jaya pada Selasa (4/6/2019) sekira pukul 07.00 Wita.
“Adapun kronologis kejadian, pada hari Senin (3/6/2019) sekitar pukul 20.45 Wita korban pulang dari sekolah menuju ke rumahnya melewati jembatan yang rusak akibat luapan air sungai. Sekira pukul 21.00 Wita korban terjatuh bersama motor yang dikendarainya di jembatan tersebut. Korban dan motor yang dikendarainya ditemukan masyarakat pada hari Selasa (4/6/2019) sekitar pukul 07.00 Wita di dekat jembatan yang sama. Korban sudah dimakamkan di Desa Malino Jaya” ujar Kapolres.
Sementara jenazah Arif Rahmat yang hanyut sejak tiga hari ditemukan di sekitar Sungai Tirongan pada Minggu sore oleh tim gabungan dari Pemkab Morut, Polres Morowali dan Kodim 1311 Morowali.
Lanjut Kapolres, pada minggu (9/6/2019) sekira pukul 07.00 Wita, empat orang nelayan Desa Uewaju, Kecamatan Bungku Utara juga telah menemukan seorang nelayan yang sedang terapung di laut, tepatnya di Perairan Tiaka. Korban atas nama Hananu alias papa Haya (60) itu, merupakan nelayan asal Desa Bahotobungku, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupatan Morowali yang dilaporkan hilang setelah beberapa hari melaut tidak pulang akibat cuaca buruk, langsung dilarikan ke Puskesmas Baturube.
BELUM ADA DATA
Sekertaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Morut, Darman Bada mengatakan berdasarkan hasil pemantauan sejumlah Desa di Kecamatan Mamosalato dan Bungku Utara sempat terisolir akibat genangan air yang menutupi jalan raya dan beberapa unit jembatan putus total.
Selain itu, beberapa ruas jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Kecamatan Mamosalato dan Bungku Utara juga rusak berat akibat longsor hingga tidak dapat dilalui.
“Untuk jumlah rumah warga yang terendam masih terus didata, belum ada data pasti yang jelas ratusan rumah warga terendam. Saat ini cuaca masih belum bersahabat dan diperkirakan laporan jumlah rumah yang terendam akan terus bertambah sebab Kecamatan Petasia Barat dan Petasia Timur air mulai merangkak naik,” jelasnya kepada wartawan Media ini.
Lanjut Darma, masyarakat Kecamatan Bungku Utara mengeluhkan adanya pembangunan Jalan Trans Sulawesi poros Rata-Baturube khususnya jalan Baturube-Kalombang.
Pasalnya, pembangunan jalan itu menambah tinggi permukaan jalan dan tidak memperhitungkan limpahan air/tekanan air sungai yang meluap ke Ibu Kota Kecamatan Bungku Utara di Desa Baturube. Akibatnya tanggul pengaman tanah yang membentengi Desa tersebut jebol karena tidak mampu menahan limpahan air Sungai Tirongan.
Selain itu, kurangnya plat dueker memperparah kondisi tersebut.
“Harapan masyarakat Baturube terhadap Balai Jalan Nasional agar meninjau kembali peninggian badan jalan khususnya Baturube-Kalombang. Jika peningkatan sekarang tetap dilanjutkan dengan tidak memperbanyak plat dueker sebagai akses pembuangan, maka ibu kota kecamatan akan tenggelam,” ujarnya.
Tanggul yang jebol tersebut, tambahnya, dibangun pada tahun 2007.
“Harapan masyarakat terhadap Kementrian PUPR agar meninjau kembali peningkatan jalan tersebut,” harapnya. VAN