BI Proyeksi Membaik

ilustrasi bank indonesia

PALU, MERCUSUAR – Berdasarkan kajian ekonomi dan keuangan ragional Februari 2019, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulteng memproyeksi ekonomi Sulteng triwulan II 2019 membaik, kisaran 6,3-6,7% (yoy).

Walaupun pertumbuhan ekonomi Sulteng pada triwulan II 2019 diprakirakan membaik, namun secara keseluruhan tahun 2019 diprakirakan akan lebih rendah dibanding tahun 2018. Dengan mempertimbangkan indikator ekonomi domestik, kondisi ekonomi serta perkembangan konstelasi global.

Sementara untuk keseluruhan tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Sulteng diprakirakan sedikit melambat dalam kisaran 6,0-6,4% (yoy). 

Kepala Perwakilan BI Sulteng, Miyono menjelaskan membaiknya perekonomian pada triwulan II 2019 didorong oleh beberapa factor, diantaranya perbaikan sektor konsumsi rumah tangga yang sempat melambat pascabencana, tingkat ivestasi yang semakin meningkat seiring tahap rekonstruksi yang mulai berjalan secara masif dan pengembangan pabrik pengolahan baru.

“Dari sisi eksternal, tingkat ekspor diprakirakan masih berada pada level yang tinggi meskipun akan mengalami perlambatan. Tingkat impor diprakirakan masih akan tumbuh tinggi seiring masih kuatnya impor barang modal pendukung serta impor bahan baku industri stainless stell. Meskipun impor tumbuh tinggi dan ekspor tumbuh terbatas, net ekspor diprakirakan masih akan menghasilkan surplus,” jelasnya.

Untuk inflasi, lanjutnya, BI memprakirakan akan menurun dibanding Maret 2019. Inflasi pada Juni 2019 diprakirakan berada pada kisaran 4,6-5,0 (yoy). Tingkat inflasi yang melebihi target itu lebih disebabkan oleh faktor base effect tahun sebelumnya, khususnya pascabencana yang saat itu sangat tinggi.

Namun jika dilihat dari perkembangan inflasi secara year to date (ytd) tingkat inflasi pada Juni 2019 diperkirakan hanya 1,61% (ytd). Angka tersebut masih cukup jauh dari target inflasi nasional sebesar 3,5 kurang lebih 1% (yoy). 

Tingkat inflasi diprakirakan lebih terkendali, katanya, seiring perbaikan perekonomian Sulteng. Selain itu, BI bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulteng juga akan meningkatkan kontribusi melalui level teknis kebijakkan untuk menjaga ketersediaan stok pangan guna meminimalisir gejolak harga. “Dari sisi kelompok bahan makanan, aturan dan tata cara serta pengawasan yang tepat seharusnya mampu mengatur produksi dan distribusi bahan makanan. Selain itu, upaya peningkatan produktivitas dan pengaturan waktu tanam harus segera dijalankan, agar kontinuitas pasokan tetap terjaga di sepanjang tahun. Dari sisi inflasi inti, diperkirakan tekanan masih akan terjadi namun dengan level yang lebih moderat. Sedangkan dari sisi administered, diperkirakan tidak mengalami perubahan kebijakan yabg menyebabkan peningkatan harga,” tambahnya. RES

 

Pos terkait