Bibit Rumput Laut Teknologi Kultur Jaringan, Siap Dibawa ke Kebun Bibit

FOTO HLLL DKP
KEPALA Seksi Pengembangan Usaha Budidaya DKP Sulteng, Budianto Somba menunjukkan bibit rumput laut kultur jaringan yang dikembangkan di lab kultur jaringan DKP Sulteng. FOTO: IMAM EL ABRAR/MS

PALU, MERCUSUAR – Bibit rumput laut yang dikembangkan dengan teknologi kultur jaringan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulteng disebut telah siap untuk dibawa dan ditempatkan di kebun bibit laut di beberapa lokasi kabupaten dan kota di Sulteng.

Hal itu dikatakan Kepala Seksi Pengembangan Usaha Budidaya DKP Sulteng, Budianto Somba, saat ditemui, baru-baru ini.

Bibit rumput laut jenis Kotoni (Cottonii) dan Spinosum tersebut dikembangkan oleh DKP bekerja sama dengan SEAMEO Biotrop di laboratorium (lab) kultur jaringan DKP Sulteng.

“Sekarang sudah siap untuk ditempatkan di kebun bibit. Seharusnya sejak sebulan lalu, tapi kondisi belum memungkinkan,” kata Budi.

Dijelaskannya, proses pengembangan di laboratorium dari bibit yang paling kecil hingga siap untuk dibawa ke kebun bibit memakan waktu sekira tiga hingga empat bulan.

Dia berharap setelah dikembangkan dan diuji coba di kebun bibit, maka bibit rumput laut kultur jaringan tersebut dapat disebar ke masyarakat nelayan. “Kami dari provinsi berkomitmen untuk tetap mengadakan hal-hal seperti ini, karena teknologi atau inovasi tidak akan berhasil kalau tidak ada pengulangan. Tujuan kami adalah mampu menyediakan bibit sepanjang tahun, karena saat ini semua masalah budidaya rumput laut cuma satu, yakni ketersediaan benih. Kalau benih yang ini bersertifikat Asia Tenggara,” terangnya.

Budi menuturkan, keunggulan bibit kultur jaringan yang dikembangkan bersama SEAMEO Biotrop tersebut, di antaranya adalah memiliki waktu pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibanding bibit lokal. Sebab pada dasarnya bibit tersebut adalah bibit unggul yang dibuatkan kultur, dikawinkan untuk mendapatkan bibit terbaik untuk dijadikan calon induk. Selain itu, kualitas bibit tersebut dapat bertahan hingga keturunan ke-22.

Setelah diperbanyak di lab, bibit tersebut akan ditempatkan di kebun bibit di laut yang lokasinya telah memenuhi beberapa syarat khusus. “Tujuan kita ke depan adalah kita kembali jaya dengan produksi rumput laut kita. Produksi rumput laut kita ini sempat menurun, tahun 2019 lalu sekitar 940 ribu ton. Padahal, kita pernah mencapai sekitar 1 juta ton dan menempati urutan ketiga se Indonesia di bawah Sulsel dan NTT waktu itu,” pungkasnya.

DIKEMBANGKAN DI BALUT

Salah satu daerah yang sedang mengembangkan bibit rumput laut kultur jaringan bersama DKP Sulteng adalah di Kabupaten Banggai Laut (Balut).

Kepala Seksi Pengembangan Usaha Budidaya DKP Balut, Saprianto mengungkapkan bahwa tingkat keberhasilan dari ujicoba itu tergolong tinggi.

“Dari seikat bibit seberat 2 ons, dalam waktu sebulan beratnya menjadi 1,2 kilogram. Hasil itu tentu didukung juga oleh kondisi laut yang masih sangat baik,” ungkapnya.

Diketahui, keberadaan lab satelit pengembangan budidaya rumput laut berbasis kultur jaringan DKP Sulteng merupakan tindak lanjut dari perjanjian kerja sama antara DKP Sulteng bersama SEAMEO Biotrop dalam pengembangan bibit rumput laut dengan metode kultur jaringan.

Lab satelit tersebut bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat pengembangan bibit serta pendistribusian kepada masyarakat, yang sebelumnya masih didatangkan dari luar Sulteng. Kerja sama pengembangan bibit rumput laut kultur jaringan tersebut, telah dilakukan DKP Sulteng bersama SEAMEO Biotrop sejak Februari 2019. IEA

Pos terkait