Budidaya Perikanan, Diharapkan Upaya Percontohan Dapat Direplikasi

Moh Arif Latjuba

PALU, MERCUSUAR – Pascabencana alam gempa bumi pada 28 September 2018 lalu, berbagai pengembangan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Sigi berhadapan pada kondisi gangguan ketersediaan air.

Hal itu akibat hilangnya sumber air dari irigasi Gumbasa yang mengalami kerusakan akibat bencana, sehingga tidak dapat mendistribusikan air secara normal.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, Moh Arif Latjuba menyebutkan pemerintah telah melakukan berbagai upaya terkait pemulihan sektor budidaya perikanan, termasuk budidaya perikanan air tawar di Sigi. Di antaranya dengan membuat berbagai percontohan teknologi budidaya ikan hemat air, atau menyesuaikan dengan kondisi ketersediaan air.

“Upaya pemerintah sejak tahun 2019 terus mensupport masyarakat, memberikan pemahaman untuk tetap mengonsumsi ikan dan juga memberikan percontohan, dengan model kolam hemat air. Ada yang disebut Bioflok, penggunaan kolam terpal, dan sebagainya,” sebutnya, beberapa waktu lalu.

Upaya-upaya tersebut, lanjut Arif, dilakukan oleh DKP agar menjadi percontohan yang diharapkan dapat direplikasi sebanyak-banyaknya oleh masyarakat dan pemerintah daerah setempat.

“Masih dalam bentuk percontohan. Kami berharap dengan percontohan itu ada replikasi dari masyarakat atau pemda setempat. Percontohan ini hanya sebagai pemantik,” ujarnya.

Dengan adanya replikasi dari masyarakat dari berbagai pola percontohan yang diberikan, diharapkan pula dari sisi ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dari budidaya ikan air tawar.

Sebelumnya, DKP Sulteng telah melakukan panen perdana ikan jenis nila gesit yang dibudiayakan melalui sarana tambak terpal, di UPT Balai Perbenihan dan Perikanan DKP Sulteng di Desa Tulo, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, beberapa waktu lalu.

Arif menjelaskan bahwa budidaya komoditas nila gesit dengan menggunakan kolam terpal tersebut merupakan salah satu inovasi yang didorong kepada masyarakat, memanfaatkan sumber daya yang ada di tengah keterbatasan suplai air pascabencana tahun 2018 lalu.

Jenis ikan Nila Gesit disebut relatif mudah untuk dipelihara, tidak memerlukan perlakuan khusus terkait sumber airnya, yakni dapat berproduksi maksimal meski tidak memerlukan air deras. Selama proses pemeliharaan, hanya dilakukan proses penggantian air sekali dalam kurun sebulan.

Masa penaburan benih hingga panen ikan tersebut berlangsung sekitar 5 bulan, dengan tingkat keberhasilan sekitar 70 persen jika diukur dari hasil panen. IEA 

Pos terkait