PALU, MERCUSUAR – Badan Pangan Nasional (Bapanas) RI pada 15 Maret 2023 telah mengeluarkan rilis untuk menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) pada pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP), dari Rp9.000 per kilogram menjadi Rp9.950 perkilogram.
Menanggapi hal itu, Pemimpin Wilayah (Pimwil) Perum Bulog Sulteng, David Susanto menyatakan siap mengikuti regulasi tersebut, dan membuka diri jika petani lokal Sulteng mau menjual stok produksnya ke Bulog dengan ketentuan harga tersebut.
Namun demikian, David mengungkapkan, harga beras di tingkat penggilingan sejatinya masih jauh lebih tinggi dibanding ketentuan baru tersebut, yakni berada di kisaran Rp11.000 perkilogram sampai Rp11.200 perkilogram.
“Namun pada prinsipnya, Bulog tidak bisa menekan petani atau penggilingan menjual ke Bulog. Manakala harga lebih bagus ke pedagang, mereka bebas untuk menjualnya, untuk kesejahteraan mereka,” kata David, di Palu, Selasa (21/3/2023).
Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan beras medium melalui Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Bulog telah kedatangan stok impor yang didistribusi secara berkala.
“Ada sekitar 700-800 ton, datangnya bertahap,” katanya.
David mengakui, Bulog Sulteng tetap siaga untuk menyerap stok pengadaan CBP, ketika harga sudah kompetitif turun ke ketentuan baru HPP.
“Petani silakan saja menjual ke Bulog. Karena di Bulog, berapapun jumlah stok petani, akan kita beli,” tegasnya.
Di samping itu, lanjut David, Bulog Sulteng saat ini tetap melakukan penyerapan dengan skema harga komersial, mengikuti harga di tingkat petani. Diungkapkannya, sejak Januari 2023, saat ini total sekira 500-an ton yang berhasil diserap Bulog Sulteng.
“Pengadaan beras komersial tetap memegang teguh prinsip stabilisasi, petani bisa sejahtera, sedangkan di tingkat konsumen tetap terjangkau,” tutupnya. */IEA