PALU, MERCUSUAR – Perum Bulog Kantor Wilayah (Kanwil) Sulteng menyiapkan stok gula pasir, untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan, utamanya jelang Ramadan dan Idulfitri 1445 H/2024 M.
Pemimpin Wilayah (Pimwil) Perum Bulog Sulteng, Heriswan mengatakan saat ini stok gula pasir yang tersedia kurang lebih 100 ton. Jumlah tersebut masih akan bertambah, diperkirakan pada 2 pekan ke depan.
“Diperkirakan di awal Februari nanti lebih kurang 900 ton kita kuasai. Dari 900 ton ini kita berusaha lagi untuk meminta tambahan stok, mudah-mudahan kantor pusat memberikan tambahan,” kata Heriswan, di Palu, Senin (8/1/2024).
“Ini menjadi antisipasi, karena mengingat sudah mau puasa dan lebaran, jauh hari kita antisipasi karena sangat dibutuhkan,” tambahnya.
Heriswan juga mengatakan, untuk saat ini pihaknya masih menggunakan harga acuan Rp16.000 per kilogram untuk gula pasir. Harga acuan tersebut belum berubah sejak pertengahan tahun 2023 lalu.
Selain gula pasir, Bulog Sulteng juga menyiapkan stok tepung terigu. Saat ini, Heriswan mengungkapkan pihaknya memiliki 27 ton stok tepung terigu. Diperkirakan, jumlahnya juga akan bertambah untuk mengantisipasi kebutuhan pada Ramadan dan Idulfitri mendatang. Selain itu, ada pula stok minyak goreng 603 ton, dan daging beku 11 ton.
“Terigu ini beriringan dengan gula kalau memasuki Ramadan. Saat ini di kami ada lebih krang 27 ton, saya rasa ini cukup untuk mengantisipasi Ramadan dan Idulfitri nanti,” ujarnya.
Sementara terkait stok beras, Heriswan menyampaikan saat ini ada sekira 7.000 ton beras di gudang Bulog Sulteng, dan sekira 3.800 ton stok tambahan sedang dalam perjalanan. Ia memerkirakan, pada akhir Januari 2024 nanti, Bulog Sulteng akan memiliki stok beras sekira 11.000 ton.
Heriswan mengungkapkan, pihaknya saat ini telah menyeleksi mitra pengadaan beras, dan diharapkan pada akhir Februari atau awal Maret 2024 akan ada panen raya.
“Sekarang sudah ada panen di daerah Parigi Moutong, kita juga sudah melakukan sedikit pengadaan, tapi untuk komersil, yang harganya di atas harga PSO. Untuk tahap awal 100 ton, lalu kita lihat dulu kualitasnya sesuai atau tidak,” tandasnya. IEA