Bupati Morut, Wakili Apkasi Terima Kunjungan Delegasi Shandong

JAKARTA, MERCUSUAR – Bupati Morowali Utara (Morut), Dr. dr. Delis J. Hehi menyambut kunjungan delegasi Pemerintah Kota Shandong, China, ke Indonesia, untuk menawarkan kerja sama antar kota (sisters city) dengan sejumlah kabupaten dan kota di Indonesia.

“Kami menyambut baik kunjungan delegasi dari Kota Shandong ke Indonesia, semoga menghasilkan kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua kota, bahkan kedua negara di masa mendatang,” kata Delis atas nama Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi), saat menerima audiensi delegasi Pemerintah Kota Shandong di Jakarta, Rabu (6/3/2024). 

Delis yang merupakan Ketua Bidang Pertambangan Apkasi dipercaya mewakili organisasi pemerintah kabupaten se-Indonesia tersebut, untuk berdialog dengan delegasi Kota Shandong, yang ingin menjalin kerja sama saling menguntungkan dalam berbagai bidang, dengan pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia.

Delis menjelaskan kepada delegasi Kota Shandong, yang dipimpin Wakil Wali Kota Dezhou Chen Haiming, bahwa Morut merupakan kabupaten dengan deposit nikel terbesar di dunia.

Saat ini, kata Delis, lebih dari 10 investor China menanam modal di bidang pertambangan dan industri hilir nikel di Kabupaten Morut. Investor-investor itu membuka puluhan ribu kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia, namun tidak sedikit pula tenaga kerja asing asal China.

“Sejumlah kabupaten di Indonesia, melalui Apkasi, telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah China, untuk mengirim generasi muda Indonesia belajar di China, dalam berbagai bidang keterampilan. Setelah tamat nanti, mereka akan kembali ke Indonesia dan bekerja di perusahaan-perusahaan investasi China di Indonesia,” ujar Delis.

Dalam suatu kesempatan di Palu, Delis juga mengemukakan bahwa di Morut saat ini terdapat investor China yang sedang membangun megaproyek smelter nikel, diproyeksikan menjadi smelter terbesar di dunia yang bisa menampung ratusan ribu tenaga kerja.

“Beberapa waktu lalu, perusahaan itu (NNI) meminta tenaga penerjemah (translater) China-Indonesia dari Indonesia sebanyak 100 orang, namun kita tidak bisa menyediakannya. Gaji minimum tenaga translater seperti ini rata-rata Rp11 juta per bulan,” ungkap Delis.

Ia berharap, kerja sama Sisters City antara Apkasi dan pemerintah China, akan menyediakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia yang terampil di berbagai bidang, termasuk menguasai bahasa Mandarin, sehingga mudah diserap untuk bekerja di perusahaan-perusahaan asal China yang berinvestasi di Indonesia, khususnya Morut dan Morowali. */SEM

Pos terkait