POSO, MERCUSUAR – Bupati Poso, Verna G. M. Inkiriwang memuji petani di Kabupaten Poso, yang menurutnya menunjukkan ketangguhan. Salah satunya, terbukti Kabupaten Poso masih menjadi daerah yang survive (bertahan) meski sempat dilanda situasi pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.
Hal itu disampaikan Bupati Poso, di hadapan ratusan penyuluh pertanian dan petani, dalam agenda koordinasi penyuluh pertanian se-Kabupaten Poso, pekan lalu.
“Harus diakui, ketahanan ekonomi daerah pada masa pandemi sangat ditopang para petani tangguh di Kabupaten Poso. Sehingga, dampak pandemi pada saat itu yang melanda seluruh negeri di Indonesia, Kabupaten Poso masih bisa survive dengan hasil produksi pertanian dan perkebunan dari para petani,” ujar Verna.
Pertemuan koordinasi para penyuluh pertanian tersebut, menurut Verna, dapat menjadi ajang curhat antara para penyuluh dengan Kepala Daerah, dalam suasana penuh keakraban yang diselingi candaan tapi serius, membicarakan berbagai persoalan para penyuluh di lapangan.
Verna menyampaikan, secara global pembangunan pertanian Indonesia masih berorientasi kepada pengembangan budidaya pertanian (on farm), dengan mengembangkan berbagai tanaman yang spesifik lokasi berdasarkan keadaan iklim dan kesuburan tanah.
“Usaha pembangunan pertanian yang digalakkan itu, berdampak pada kebutuhan petani akan sarana produksi pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian, serta lembaga pendukung (pemasaran dan perkreditan) sangat tinggi. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia dalam usahanya membangun pertanian pada era millenium ini, diarahkan pada pembangunan pertanian yang berorientasi agribisnis dan agroindustri, dengan memerhatikan komoditas pertanian berbasis spesifik lokasi,” jelas Verna.
Ia melanjutkan, pada aspek lingkungan internal, pembangunan pertanian Indonesia masih diperhadapkan pada tekanan pertambahan jumlah penduduk, lemahnya sumber daya manusia petani, rendahnya kualitas produksi pertanian, dan semakin kurangnya lahan pertanian produktif akibat alih fungsi lahan, yang terjadi secara sporadis di berbagai daerah di Indonesia.
“Petani sebagai pelaku utama dalam usaha tani, tentunya memerlukan teknologi pertanian untuk peningkatan usaha taninya. Teknologi pertanian itu meliputi teknologi budidaya, teknologi pemupukan, teknologi pengendalian hama dan penyakit, teknologi panen dan pascapanen, serta teknologi dalam memasarkan hasil pertanian,” tuturnya.
Teknologi pertanian, kata Verna, dapat diterima oleh petani melalui pendidikan nonformal yang berbasis pemberdayaan masyarakat, sesuai dengan kapasitas petani sebagai masyarakat yang perlu mendapatkan pendidikan dan pendampingan dalam berusaha tani. ULY