“Man Jadda Wajada” merupakan salah satu pepatah Arab atau mahfudzat yang sangat populer di kalangan santri. Kalimat yang kurang lebih bermakna siapa yang bersungguh-sunggu maka akan mendapatkan hasil itu seolah menjadi mantra ampuh bagi Abdin, alumnus pesantren Alkhairaat Parigi, yang resmi menjadi wakil rakyat di DPRD Parigi Moutong periode 2024-2029.
MOHAMMAD MISBACHUDIN – WARTAWAN MERCUSUAR
Suasana pemeriksaan di pintu masuk kantor DPRD Kabupaten Parigi Moutong terlihat sibuk. Petugas keamanan dari Kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) memeriksa dengan ketat setiap undangan.
Tiba-tiba, semua mata tertuju kepada seorang pengendara motor Honda tua, yang berpenampilan rapi, berjas, berkopiah, dan membonceng seorang wanita.
Itulah sosok Abdin, atau yang dikenal dengan nama akrab Iwan, salah seorang anggota legislatif terpilih yang akan dilantik beberapa jam kemudian di gedung DPRD Parigi Moutong, Senin (2/9/2024).
Pemilik 1.263 suara sah pada Pemilu 2024 itu berhasil meraih satu jatah kursi parlemen, dari Daerah Demilihan (Dapil) I, dan satu-satunya perwakilan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Parigi Moutong, dari lima dapil yang mengisi 40 kursi anggota legislatif.
“Mulanya banyak pihak yang ragu dengan rencanaku maju bertarung dalam dunia politik ini. Bahkan, keluarga dekatku pun tidak begitu yakin,” kenang Iwan.
Setidaknya keraguan itu bersandar pada alasan yang berlapis. Bertarung di dapil ‘neraka’, didudukkan di posisi nomor urut 10 atau urutan buncit daftar caleg, serta bersaing bersama Ketua DPC PPP Parigi Moutong, yang juga berstatus petahana.
Belum lagi soal modal, Iwan mengaku hanya mengandalkan gorengan-gorengan, yang hanya mampu dibeli dengan jumlah sedikit, kemudian pengeras suara untuk mendukung kampanye, yang dibawanya dengan motor butut.
“Bukan hanya karena tidak ada uang untuk menyewa sound system, memang saya juga tidak mungkin berharap banyak sama orang lain. Tapi saya senang menjalaninya, pikul salon (pengeras suara) dan tenteng gorengan di motor jadul, kemudian bercerita dengan warga,” beber Iwan penuh semangat.
Bahkan, dia sempat merasa terpuruk ketika sehari sebelum pencoblosan, beberapa orang meminta dana. Dengan pasrah, ia hanya mengatakan jangankan dipakai untuk mendukung hal itu, dipakai makan saja saat itu benar-benar tidak ada lagi.
“Alhamdulillah, keluarga besar saya memberikan dukungan penuh, sehingga saya pun kembali semangat,” katanya, sambil menyeka titik air mata yang mulai mengintip.
Ketika ditanya soal keteguhan niat untuk maju menjadi wakil rakyat Parigi Moutong, meski hanya bermodalkan gorengan dan salon biasa, Iwan menegaskan keyakinannya pada doa, yang diselipkan di setiap salat, serta semangat dari sang istri yang selalu menemani.
Pria kelahiran Masigi, 37 tahun silam itu, menuturkan telah berencana merealisasikan niat itu sejak empat tahun yang lalu. Ketika itu, Muslih, salah seorang anleg dari Partai Perindo di DPRD Sulteng yang berpindah ke PPP, mempercayakan satu bantuan mobil ambulans kepada Iwan untuk membantu masyarakat.
Semangat dan dorongan dari Muslih itulah, ujar Iwan, yang setiap saat memotivasinya terus berbuat dan menjaga semangat membantu masyarakat dengan mobil ambulans. Mulai dari mengantar orang sakit, sampai membawa jenazah ke rumah duka.
“Saya mulai melayani masyarakat dengan mobi ambulans. Bahkan beberapa kali saya menolak mengambil (uang) sekadar tanda terima kasih. Karena bagi saya, investasi terbesar saya bukan soalan uang,” tegasnya.
Usaha tersebut, akhirnya tidak sia-sia. Raihan suara Iwan banyak berasal dari beberapa daerah, seperti Desa Olobaru, Desa Lemusa, Desa Gangga di Kecamatan Parigi Selatan, kemudian Desa Lobu di Kecamatan Parigi Barat. Serta dukungan keluarga besarnya di Kelurahan Masigi Kecamatan Parigi.
“Alhamdulillah, berkat doa dan restu masyarakat. Insyaallah, saya akan konsisten dengan apa yang sudah saya ucapkan saat kampanye lalu. Apalagi kami disumpah dengan Al-Qur’an, ini adalah amanah yang harus saya tuntaskan,” tutup Abdin. ***