Oleh: Mohammad Misbachudin
Kepulan asap yang tersisa dari kebakaran hebat di Pasar Inpres Manonda pada Selasa malam (22/7/2025) masih menyisakan luka mendalam. Di antara puing-puing los pasar yang rata dengan tanah, para pedagang berdiri memandangi reruntuhan tempat mereka menggantungkan hidup, tempat yang kini hanya tinggal arang dan kenangan.
Aco, salah satu pedagang yang kehilangan los dagangnya, hanya bisa menatap nanar ke arah bekas tempat usahanya berdiri. Di situlah, selama bertahun-tahun, ia menjual kebutuhan rumah tangga, rempah-rempah, dan berbagai barang campuran lainnya.
“Saat kebakaran terjadi, saya baru mau salat Magrib. Kami semua sudah pulang. Tiba-tiba ada yang berteriak bilang pasar terbakar,” kenangnya lirih.
“Kami hanya bisa menyaksikan los yang sudah dilalap api, bersama semua barang dagangan kami,” tambahnya.
Kebakaran yang terjadi begitu cepat dan hebat itu menghanguskan sedikitnya 14 los pasar, sembilan di antaranya merupakan los bahan kebutuhan pokok, sementara empat lainnya menjual makanan. Aco memperkirakan total kerugian mencapai ratusan juta rupiah.
“Kalau dihitung-hitung, bisa sampai dua ratus juta atau lebih,” ujarnya.
Lebih menyedihkan lagi, ini bukan kali pertama Aco dan rekan-rekannya mengalami musibah serupa.
“Dulu, los saya juga pernah terbakar. Bahkan pernah juga gudang hangus, padahal baru saja kami isi barang dagangan,” tuturnya, suaranya tercekat menahan emosi.
Pagi harinya, Rabu (23/7/2025), lokasi kebakaran dipadati warga. Ada yang datang karena penasaran, ada pula yang mencoba membantu mengangkat puing-puing yang mungkin masih bisa diselamatkan. Beberapa relawan terlihat masih berusaha memadamkan bara api yang tersisa.
Di salah satu sudut pasar, tampak beberapa korban kebakaran duduk termenung. Ada yang menatap kosong ke arah puing-puing, ada pula yang sesekali menyeka air mata. Bagi mereka, pasar ini bukan hanya tempat berdagang, tapi juga tempat menggantungkan harapan hidup bagi keluarga mereka.
Kondisi instalasi listrik yang semrawut dan seadanya diduga menjadi penyebab kebakaran, sesuatu yang sudah lama dikeluhkan namun belum mendapatkan solusi nyata.
“Jaringan listrik di sini memang seadanya, tidak ada pilihan lain,” ucap Aco pasrah.
Kini, harapan satu-satunya bagi para pedagang Pasar Inpres Manonda adalah perhatian dan tindakan nyata dari pemerintah. Mereka berharap agar pasar bisa segera dibenahi, baik secara fisik maupun dari sisi keselamatan, agar tidak lagi menjadi tempat yang rawan bencana.
“Kami hanya ingin tempat yang layak untuk berjualan. Tempat yang aman, nyaman, dan tidak terus-menerus membuat kami khawatir setiap kali malam datang,” ujar Aco, mewakili suara hati puluhan pedagang lainnya.