Cerita Pejuang Demokrasi di Palasa, Tempuh Dua Hari Perjalanan, Seberang Sungai Gunakan Rakit

Petugas KPPS TPS Avu-avu, saat menyeberangkan logsitik PSU ke TPS terpencil. FOTO: DOK. PPK PALASA

Pemilihan Suara Ulang ( PSU) Pilkada Parigi Moutong (Parmout) telah usai. Warga telah memilih calon pemimpinnya. Tinta PSU di jari nyaris terhapus. Namun tidak dengan kisah epiknya, yang dicatat para pejuang demokrasi di Kecamatan Palasa.

MOHAMMAD MISBACHUDIN – MERCUSUAR

Malam itu langit Palasa hitam pekat, angin berembus kencang, aspal jalanan menyisakan genangan air pertanda hujan lebat baru usai.

Langkah Dian Novita terlihat lebih cepat dari sebelumnya. Meski beberapa kali melempar senyum ke teman-temannya sesama Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), namun wajahnya tidak bisa menyembunyikan kecemasan. Sebabnya, hujan memang telah mereda, namun awan hitam pekat di hulu menjadi pertanda akan datangnya banjir.

Apalagi, banjir bandang telah sempat menghanyutkan jembatan peninggalan Belanda, tepat dua pekan sebelumnya.

Sebagai Ketua PPK Palasa, Dian bukan hanya mempertaruhkan kariernya sebagai PPK. Tetapi juga menjadi wanita yang harus punya segalanya, untuk memastikan pesta demokrasi berjalan sesuai jadwal tahapan. Sebab jika tidak, semua pihak akan menuntut perempuan murah senyum ini.

“Saya terus berkoordinasi dengan KPU, soal logistik yang didistribusi ke Kecamatan Palasa. Semua teman-teman di sini dalam keadaan siaga dan terus berdoa, agar cuaca lebih bersahabat,” kenang Dian, saat memaparkan kisahnya kepada Mercusuar, Kamis (24/4/2025).

Tersiar sebuah kabar, Sungai Bambasiang kembali membawa material kayu dan lumpur. Seketika pula, Dian kembali gelisah. Sebab akses sungai menjadi jalur utama distribusi logistik PSU, ke salah satu wilayah TPS terpencil. Dian tidak putus berdoa, tetap optimis proses distribusi ke semua TPS berjalan lancar.

TPS Ansibong di Desa Pebounang Kecamatan Palasa terus menjadi momok. Betapa tidak, wilayah itu menempuh medan tersulit dengan perjalanan dua hari dua malam. Bukan perkara mudah mengapai TPS yang memiliki DPT 480 jiwa. Olehnya, petugas harus segera berangkat sejak hari Minggu (13/4/2025), atau tiga hari sebelum pemungutan suara.

Melahap lima puncak gunung, menyusuri salah satu jalur treking terpanjang di Indonesia, jalur Gunung Sojol setinggi 3.226 Mdpl, Ansibong tepat di bawah kaki gunungnya.

“Mereka, para KPPS dan Pengawas TPS, berangkat saat hujan lebat menyiram jalur. Petugas keamanan dari Kepolisian ikut mengawal, dan Alhamdulillah, tiba dengan selamat pukul 15.00 WITA di tanggal 15 April 2025. Setelahnya, langsung membangun TPS,” beber Dian.

Soal Ansibong, menurutnya sedikit melegakan, karena para pejuang demokrasi yang dilibatkan adalah para pecinta alam, akamsi (anak kampung sini) dan petani sudah terbiasa melahap jalur sulit itu.

Dian mengaku kembali memeras otak untuk mendistribusikan logistik PSU ke salah satu TPS terpencil, yakni TPS Avu-avu di Desa Ulatan, dengan jumlah DPT 210 jiwa. Saat itu, banjir terus menghantui warga Palasa.

PPK Palasa berjumlah lima orang, Dian Novita sebagai ketua, kemudian anggotanya yakni Supardi, Purnomo, Abidun dan Asdar langsung mengambil tindakan berani, membawa logistik dengan rakit, sembari mewanti-wantiagar berhati-hati. Karena setiap saat banjir bisa menghantam rakit mereka. Dalam kondisi arus sungai tidak bisa diprediksi di tengah hujan lebat.

Dramatisnya, usai tiba di daratan, logistik masih harus dibawa ke beberapa TPS yang kondisi jalannya menanjak, licin, didampingi jurang menganga dan angin kencang.

Tiba-tiba terdengar kabar, jembatan penghubung di Dusun Silingkohung Desa Pebounang yang menghubung wilayah terpencil dan tersulit, putus dihantam banjir. Namun Dian masih bernafas lega, karena logistik sudah terdistribusi sebelum jembatan putus.

“Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah SWT dan semua pihak saling mendukung, PSU di Palasa berjalan sesuai dengan jadwal tahapan,” tutup Dian lega. ***

Pos terkait