PALU, MERCUSUAR – Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulteng, Dr. H. Mohsen Alaydrus melepas tim Dai 3-T (daerah tertinggal, terdepan, terluar), di ruang kerjanya, Kamis (27/2/2025).
Program Dai 3-T bertujuan memperkuat dakwah Islam di daerah perbatasan, yang dinilai masih minim akses informasi keagamaan. Tim Dai 3-T Sulteng terdiri atas empat dai dan satu koordinator, yaitu Muhammad lkhya Ulumuddin (Koordinator utusan Kemenag Rl), Jam’an Abdul Latief (Dai 3-T utusan Kabupaten Parigi Moutong), Syamsul Bahri (Dai 3-T utusan Kabupaten Poso), Mahfud (Dai 3-T utusan Kabupaten Donggala), dan Arief Zakman (Dai 3-T utusan Kota Palu).
Tim tersebut akan bertugas selama satu bulan, mulai 27 Februari 2025 hingga 27 Maret 2025. Pembinaan dan dakwah akan dilakukan di tiga desa, yaitu Desa Sioyong, Desa Pani’i, dan Desa Parisan di Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala.
Kepala Bidang Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kanwil Kemenag Sulteng, Dr. H. Junaidin menjelaskan, program penguatan dakwah di daerah terpencil oleh Dai 3-T digagas Kemenag RI sejak tahun 2022.
Program tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, mempererat harmoni sosial berbasis nilai agama dan kearifan lokal, serta membantu menyelesaikan berbagai persoalan sosial dan budaya di wilayah perbatasan.
“Rekrutmen dai dilakukan pada akhir Januari 2025 lalu. Program ini dibiayai melalui DIPA Kanwil Kemenag Sulteng tahun 2025,” ujar Junaidin.
“Tim Kanwil akan mengantarkan para dai ke lokasi, di mana mereka akan diterima langsung oleh Camat dan Kepala KUA setempat,” tambahnya.
Dalam arahannya, Kakanwil Kemenag Sulteng, Mohsen mengaharapkan agar dakwah yang disampaikan harus sistematis dan menyentuh masyarakat. Ia menekankan pentingnya program tersebut, sebagai langkah strategis dalam menyebarkan dakwah ke wilayah terpencil.
Menurutnya, masih banyak daerah yang terisolasi dan minim akses informasi keagamaan, sehingga peran dai sangat dibutuhkan.
“Harus ada sinergi antara Kemenag dan organisasi keagamaan Islam, agar tidak ada lagi masyarakat Muslim yang tertinggal dalam mendapatkan manfaat dakwah,” tegas Mohsen.
Ia juga mengingatkan para dai, untuk memiliki program pembelajaran yang terstruktur dengan target yang jelas. Dakwah, kata Mohsen, tidak hanya berbicara tentang surga dan neraka, tetapi juga harus memberikan semangat bagi masyarakat untuk bekerja dan mandiri.
“Saya ingin dakwah yang sistematis, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Materi yang disampaikan harus relevan dan mampu menyentuh karakter masyarakat setempat,” ujar Mohsen.
Ia juga menekankan pentingnya sikap toleransi dalam berdakwah. Mohsen mengingatkan agar para dai menghargai perbedaan yang ada di masyarakat, dan menjadikannya sebagai kekuatan untuk membangun harmoni.
“Kita hidup dalam keberagaman, bukan keseragaman. Kehadiran para dai harus mampu berkolaborasi dengan komunitas setempat. Masyarakat telah menunggu. Kehadiran para dai ini adalah rahmat bagi mereka,” pungkasnya.
Turut hadir dalam melepas para dai, perwakilan BAZNAS Provinsi Sulteng, Laznas perwakilan BMI Sulteng, serta perwakilan dari Laznas Yakesma Sulteng. */IEA