Desa Potoya Percontohan ‘Smart Village’

Hasanuddin Atjo

PALU, MERCUSUAR – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulteng menjadikan Desa Potoya, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, menjadi lokasi percontohan ‘Smart Village’ atau ‘Desa Cerdas’.

Kepala Bappeda Sulteng, Dr Hasanuddin Atjo menyebutkan salah satu program di Desa Cerdas tersebut adalah adanya ‘Smart Farming’ atau kegiatan usaha pertanian, yakni budidaya ikan Nila yang penekanannya pada pelibatan masyarakat yang terukur dan terkendali, yang nantinya akan terintegrasi digitalisasi dari sektor hulu hingga hilir.

“Desa Potoya memiliki potensi disektor pangan, antara lain untuk produksi hortikultura, padi, palawija serta produksi ikan air tawar,” kata Hasanuddin Atjo, belum lama ini.

Dijelaskannya, ‘Smart Farming’ adalah inovasi budidaya perikanan yang menggunakan kolam beralas tarpaulin (tarpal dilengkapi anti sinar UV), menggunakan sumber air dari sumur dangkal yang ditarik menggunakan pompa air, serta dilengkapi kincir air guna meningkatkan ketersediaan oksigen dalam kolam budidaya, karena padat tebar benih dinaikkan untuk peningkatan produktivitas.

Project percontohan itu dibiayai melalui APBD provinsi Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2019 dan dilanjutkan di tahun 2020.

Selanjutnya di tahun 2020 melalui Bappeda Sulteng telah menganggarkan aplikasi digital untuk perencanaan dan program ‘Smart Village’ dan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng untuk program ‘Smart Farming’.

“Kalau sebelumnya padat penebaran di kolam contohnya hanya sekitar 3.000 ekor dengan luas kolam 400 meter persegi, dan dalam tempo 120 hari hanya menghasilkan 300 kilogram (kg) ikan dengan nilai 13,5 juta rupiah. Melalui inovasi Smart Farming, padat penebaran ditingkatkan menjadi 7.000 ekor dengan produksi 2.000 kilogramg dan nilai Rp90 juta. Atau terjadi peningkatan tujuh kali dari sebelumnya,” jelasnya.

Dikatakanya, sebelum bencana alam likuefaksi pada 28 September 2018 lalu, Desa Potoya merupakan penghasil ikan air tawar sebanyak 2-3 ton per bulan, yang dipasarkan ke Kota Palu dan sekitarnya, dengan kurang lebih 25 hektare luasan kolam ikan dapat menghidupi 100 Kepala Keluarga (KK).

Akibat bencana, kolam-kolam sempat mengalami kekeringan yang berimbas pada usaha budidaya serta kuliner dan pemancingan mati suri. Dengan inovasi ‘Smart Village’ yang telah mulai diujicobakan, diharapkan dapat meningkatkan kembali semangat masyarakat untuk bangkit.

LOMBA INOVASI

Disebutkannya, Provinsi Sulteng dan Sulawesi Utara adalah wakil  yang tersisa dari pulau Sulawesi dalam lomba inovasi Pembangunan Daerah tingkat Nasional. Bersama beberapa Provinsi lainnya di Indonesia kini telah memasuki tahap kedua untuk dinilai ke tahap berikut. Program ‘Smart Village’ Desa Potoya dengan program ‘Smart Farming’ telah dievaluasi oleh tim penilai independen dan penilai utama Bappenas.

“Harapannya Provinsi Sulawesi Tengah bisa menjadi salah satu terbaik,” pungkasnya. IEA

 

Pos terkait