Desa Tompe- Arkom Palu dan Penyintas Bencana Bentuk TPK

FOTO AKROM N' PENYITAS TOMPE

DONGGALA, MERCUSUAR – Peristiwa bencana alam, gempa bumi, tsunami dan likuefaksidi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala (PASIGALA) masih menyisakan banyak pekerjaan rumah, terutama di wilayah pesisir barat. Salah satu daerah yang terdampak adalah Desa Tompe, Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

Pascabencana relawan Arsitek Komunitas (Arkom) Palu yang berada dibawah naungan Yayasan Arsitek Indonesia (YAI) bersama masyarakat penyintas, bekerja bersama membentuk kelompok masyarakat sebagai Tim Pembangunan Kampung (TPK).

Pembentukan TPK yang disambut dan didukung Pemerintah Desa Tompe itu, melaksanakan upaya-upaya dalam berbagai bentuk kegiatan.

Tim Sosial (CO) relawan Arkom, Abdi Saputra menjelaskan bahwa TPK bertugas sebagai motor penggerak dalam mengorganisir warga untuk melakukan pendataan, perencanaan, serta pembangunan termasuk kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.

“Spirit dan semangat ‘Mosinggani Mombangu Ngata’ (bersama-sama kita membangun kampung) menjadi semboyan dan penyemangat bekerja,” katanya.

Lanjut Abdi bahwa bekerja bersama masyarakat dan menempatkan masalah sebagai fakta yang harus dihadapi dan mencari solusi bersama adalah suatu cara meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat, agar dapat berdaya. Salah satu hasil dari kebersamaan tersebut adalah keberanian masyarakat memutuskan relokasi mandiri.

Di Desa Tompe, katanya, terdapat 15 keluarga memilih relokasi mandiri.

Dalam proses menemukan lokasi yang cocok sebagai hunian dengan kriteria zona aman, aman dari banjir rob, dekat dengan kegiatan ekonomi dan terjangkau merupakan sebuah perjuangan tersendiri. Sebab sudah 12 kali kelompok relokasi mandiri mengalami kegagalan dalam upaya mendapatkan lokasi yang cocok.

“Berkat semangat, kesabaran, sikap yang konsisten dan upaya yang dilakukan terus menerus, akhirnya mereka menemukan lokasi yang cocok dalam wilayah administrasi Desa Balemtuma bersebelahan dengan Desa Tompe,” ujar Abdi.

PELETAKAN BATU PERTAMA

Menurut dia, selanjutnya para pejuang relokasi mandiri bersama tim YAI merancang, mendesain dan membangun huniannya. Untuk awal pembangunan hunian relokasi mandiri, pada Sabtu (hari ini, 10/4/2021) dilakukan peletakan batu pertama pembangunan dengan mengundang aparatur pemerintah setempat dan saudara seperjuangan relokasi mandiri dari Desa Wani Dua, Kecamatan Tanantovea dan Mamboro Kota Palu. “Pembangunan hunian tetap relokasi mandiri ini akan dibangun oleh para pemiliknya dengan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA), yaitu struktur RumahTahan Gempa(RTG) dengan model bongkar pasang,” kata Abdi.

Ferdy, salah satu anggota Kelompok Mosinggani Desa Tompe berharap bisa bekerjasama dengan berbagai pihak, agar proses membangun hunian segera selesai terutama infrastrukturnya. TIN

Pos terkait