DONGGALA, MERCUSUAR – Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Donggala menggelar dialog yang membahas kondisi terkini nelayan di Kabupaten Donggala, yang masih menemui sejumlah tantangan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya, dalam rangka memperingati Hari Nelayan Nasional ke-63, di salah satu hotel di Palu, Kamis (6/6/2023).
Dialog tersebut menghadirkan tiga narsumber, yaitu Kepala BPJS Ketenagakerjaan Kabupaten Donggala, Andi Nursima, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sulteng, Djaya Rahman, serta Dekan Fakultas Perikanan Universitas Alkhairaat Palu, Dr. Ahsan Mardjudo.
Kepala Diskan Donggala, Ali Assagaf mengatakan bahwa kegiatan dialog tersebut juga menghadirkan sejumlah perwakilan nelayan, khususnya dari Sojol dan Banawa.
Di samping itu, seluruh petugas Diskan Donggala yang berada di kecamatan, juga turut hadir menyampaikan sejumlah perkembangan terkini di wilayah kerjanya masing-masing.
Kehadiran kepala BPJS Ketenagakerjaan Kabupaten Donggala, Andi Nursima yang menjelaskan seputar manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan bagi nelayan, mendapat sambutan yang cukup meriah dengan banyaknya pertanyaan seputar mekanisme klaim BPJS Ketenagakerjaan bagi para nelayan.
Selanjutnya Ketua HNSI Sulteng, Djaya Rahman menyampaikan terkait kajian penelitiannya atas kondisi nelayan di Kabupaten Donggala.
Djaya mengungkapkan, permasalahan mendasar nelayan di Donggala saat ini berkenaan dengan ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk melaut.
Menurutnya, kegiatan dan aktivitas nelayan di Donggala banyak terkait dengan BBM. Sementara BBM sangat sulit didapatkan oleh nelayan, terutama yang menggunakan solar pada kapal kapasitas 5-45 ton.
“Dalam beberapa riset kami lima tahun terakhir, BBM di Sulteng khususnya di Donggala kuotanya tidak pernah naik, sementara armada nelayan itu terus meningkat,” bebernya.
Bukan hanya faktor BBM, Djaya menyampaikan permasalahan lain yang dihadapi nelayan Donggala pada saat ini, yakni meliputi motorisasi dan armada.
Dipaparkannya, untuk penyuplai konsumsi ikan di Donggala, hanya terdapat 164 kapal. Hal ini menjadi catatan penting, sebab Donggala akan menjadi penyuplai dan penyumbang pangan ikan di masa depan dengan hadirnya Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.
“Selain armada, sarana juga perlu diperhatikan. Seperti Tempat Penangkapan Ikan (TPI) di Kabupaten Donggala belum layak guna,” tandasnya.
Sementara Dekan Fakultas Perikanan Unisa, Dr. Ahsan Mardjudo menyampaikan permasalahan penting yang dihadapi nelayan, yaitu jauhnya daerah penangkapan ikan. Jika daerah penangkapan ikan semakin jauh, maka diperlukan konsep membangun lumbung makanan ikan melalui konservasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir.
Menurutnya, dalam melakukan konservasi perbaikan, merupakan bagian dari membangun lumbung makanan ikan, sehingga ekosistemnya baik, di mana para nelayan atau makanan ikan berada di wilayah pesisir.
“Kalau daerah penangkapan ikan semakin jauh, membuat biaya operasional nelayan semakin tinggi,” jelasnya.
Lebih jauh ditegaskannya, jika biaya operasional semakin tinggi dan pendapatan masyarakat semakin rendah, akan terjadi overfishing on the economy atau biaya lebih besar dari pendapatan.
“Ini belum ditemukan, apakah di Kabupaten Donggala sudah ada ciri-ciri biology overfishing atau pun economy overfishing,” tutur Ahsan.
Lebih lanjut, Ahsan menilai untuk meningkatkan pendapatan nelayan di Donggala, diperlukan inovasi dan sentuhan teknologi bagi nelayan.
Ia menyarankan kepada Kepala Diskan Donggala, agar melakukan pembangunan dua transformasi. Pertama, transformasi teknologi yang diajarkan kepada nelayan dan para ibu nelayan, lalu yang kedua transformasi sosial budaya, yang diperlukan untuk perubahan karakteristik dan perilaku nelayan.
Ia turut menyampaikan harapan agar Pemerintah Kabupaten Donggala bersama stakeholder lainnya termasuk perguruan tinggi, bergandengan tangan mengawal pembangunan sektor kelautan dan perikanan, khususnya pembangunan masyarakat pesisir. HID