PALU, MERCUSUAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) melalui Dinas Pangan, terus melakukan kampanye pangan lokal di masyarakat, betapa pentingnya mengkonsumsi pangan lokal.
Kadis Pangan Sulteng, Abdullah Kawulusan mengatakan, banyak komoditi pangan penghasil karbohidrat selain beras, seperti jagung, sagu, singkong (ubi kayu), sukun, kentang, pisang, talas maupun umbi-umbian juga padi-padian semacam jelai dan sorgum.
“Jenis pangan ini baik dikonsumsi, karena kenyang gak harus nasi,” tandasnya, Senin (13/12/2021).
Abdullah menjelaskan, satu porsi nasi dari Padi setara dengan 100 gr atau 175 kkal, sedangkan bila mengkonsumsi 8 sdm tepung Sagu hanya 50 gr, 3 buah pisang 117 gr, 2 buah kentang 110 gr,1 1/2 buah singkong mengadung 120 gr.
“Semua jenis pangan lokal ini, termasuk sumber karbohidrat yang lezat dan sehat, seperti tepung Sagu yang memiliki kadar serat yang tinggi, indeks glikemik yang rendah, gluten free dan dapat memperlancar sistem pencernaan. Masyarakat kita biasa mengolahnya menjadi Papeda dan Kapurung, namun bisa dijadikan bahan tambahan untuk kue pengganti tepung,” tandas Abdullah.
Maka itu, Dinas Pangan masih berkomitmen kampanye diversifikasi pangan ini, sebagai upaya mengurangi konsumsi masyarakat terhadap karbohidrat bersumber dari nasi (beras).
Untuk menurunkan ketergantungan pada jenis pangan tertentu, perlu dilakukan percepatan diversifikasi pangan secara memyeluruh, sejak dari hulu ke hilir. Perbaikan dari hulu dilakukan dengan melakukan pada teknologi budidaya, pendampingan serta penyediaan sarana dan prasarana.
“Bagaimana pangan alternatif itu mudah didapatkan masyarakat, sehingga diversifikasi pangan ini terlaksana cepat,” harapnya.
Perbaikan dari sisi akses untuk mendapat pangan local, dilakukan melalui perbaikan pada teknologi pasca panen, penyimpanan maupun pengolahan dan memperluas skala usaha dan pemasaraan, melalui kemitraan dengan retail dan industri besar.
“Selanjutnya upaya perbaikan dari sisi pemanfaatan dilaksanakan melalui edukasi dan promosi yang diharapkan dapat merubah kebiasaan dan pola pikir masyarakat terhadap konsumsi pangan lokal non beras,” lanjutnya.
Selain itu, pada tahun 2021 titik kerawanan pangan sudah mengalami penurunan sebesar 8,6 persen dengan intervensi yang nyata, bilapun daerah yang masih terdapat di daerah bukan penghasil pertanian dengan dan berada di kepulauan. ABS