MOROWALI UTARA, MERCUSUAR – Dualisme kepengurusan yang terjadi di Dewan Adat Wita Mori berakhir, setelah para tokoh adat melakukan pertemuan kekeluargaan yang difasilitasi Bupati Morowali Utara (Morut), Dr. dr. Delis J. Hehi, di kediaman dinasnya di Kolonodale, Kamis (6/6/2024).
Pertemuan yang berlangsung sekira selama dua jam itu, dihadiri dua Ketua Dewan Adat, yakni Julius Pode dan Ten Marunduh, serta belasan tokoh adat Wita Mori lainnya.
Dalam perbincangan yang dipandu Tokoh Adat Wita Mori, Him Larope, semua pihak menyepakati untuk mengakhiri dualisme kepengurusan, dan akan bersatu dalam sebuah pengurus Dewan Adat baru, yang akan dipilih dalam Musyawarah Besar yang dijadwalkan pada Agustus 2024 mendatang.
Pertemuan tersebut juga menyepakati pembentukan panitia penyelenggara Musyawarah Besar Wita Mori, yang nantinya akan dihadiri oleh masing-masing lima orang perwakilan dari seluruh desa adat.
Him Larope mengatakan bahwa Musyawarah Besar nantinya tidak sekadar memilih pengurus dewan adat baru yang rekonsiliatif, tetapi juga menyusun kembali struktur organisasi masyarakat adat sampai ke tingkat desa.
“Juga memperbarui anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, membahas mekanisme pemilihan mokole (raja), serta banyak lagi hal-hal terkait adat istiadat yang mendesak untuk dibenahi, demi kebesaran adat dan budaya Wita Mori,” jelas Him.
Bupati Morut, Delis J. Hehi menyatakan bangga atas kesepakatan rekonsiliasi para tokoh dewan adat, yang selama ini berseberangan. Menurut Delis, rekonsiliasi tersebut akan sangat membantu Pemerintah Daerah dalam percepatan pembangunan, mewujudkan Morut yang sehat cerdas dan sejahtera.
“Dewan Adat adalah mitra strategis dalam membangun daerah ini. Saya butuh rekomendasi-rekomendasi dari orang-orang tua saya di Dewan Adat, karena banyak program yang sedang dan akan kami laksanakan yang sangat membutuhkan saran, masukan dan rekomendasi dari Dewan Adat,” ujar Delis.
Usai pertemuan tersebut, para tokoh adat menggalang dana untuk membantu korban kebakaran di Kelurahan Kampung Bugis Kolonodale, yang mengakibatkan lima rumah terbakar sehingga 40 jiwa lebih kehilangan tempat tinggal.
Pada penggalangan dana tersebut, terkumpul dana sekira Rp10 juta, dan langsung diserahkan tokoh adat Wita Mori kepada para korban di lokasi kebakaran. */SEM