MOROWALI, MERCUSUAR – Kecamatan Bahodopi di Kabupaten Morowali saat ini dikenal di mata dunia karena hasil tambang yang melimpah. Bahodopi juga merupakan tempat berdirinya kawasan industri Morowali yang menjadi salah satu objek vital nasional (obvitnas).
Namun, berdasarkan pantauan media ini, di balik kondisi tersebut, masih ada wilayah di lingkar tambang yang belum memiliki fasilitas memadai, utamanya pada bidang pendidikan dan kesehatan.
Di antaranya adalah Dusun V Lere’ea Desa Lele, dan Dusun III Polondongan Desa Dampala, yang tidak memiliki sarana kesehatan serta fasilitas pendidikan yang memadai.
Di Dusun Lere’ea misalnya, tidak tersedia fasilitas kesehatan yang layak, termasuk petugas kesehatan yang berdiam untuk mengabdi di dusun tersebut. Bangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) yang hanya terbuat dari papan, terlihat terbengkalai tidak terurus, karena tidak ada satu pun petugas kesehatan yang ditempatkan, baik bidan atau perawat.
Salah seorang warga Dusun Lere’ea, Mardia kepada media ini mengatakan, dirinya merupakan dukun bersalin terlatih yang terpaksa menjadi andalan saat ada warga yang akan melahirkan, karena tidak adanya bidan desa yang ditempatkan di dusun tersebut.
Ia mengungkapkan, jika ada warga yang sakit, harus berobat ke fasilitas kesehatan di wilayah provinsi tetangga, yaitu Sulawesi Tenggara atau Sulawesi Selatan.
“Kalau kita mau menunggu orang dari bawah, sudah meninggal orang sakit atau orang yang mau melahirkan, baru ada yang tiba di sini. Kami minta supaya diperhatikan kampung ini, utamanya bidan,” ujar Mardia.
Senada dengan Mardia, warga lainnya, Sahri juga mengungkapkan kondisi yang menurutnya penuh keterbatasan di kampung tersebut.
Sahri berharap, agar dusun Lere’ea sebaiknya dimekarkan menjadi desa sendiri, karena sampai saat ini pelayanan administrasi Pemerintahan Desa menurutnya sangat jauh dan sulit terjangkau.
“Kami minta supaya Dusun Lere’ea ini dimekarkan saja menjadi desa sendiri, supaya semuanya tidak jauh kalau mau berurusan,” ujar Sahri.
Dikatakannya, selama Dusun Lere’ea berdiri, sangat jarang ada Kepala Daerah yang mengunjungi tempat itu. Ia menyebut, hanya dua orang Camat saja yang pernah datang.
“Sampai saat ini, belum pernah ada pimpinan daerah yang datang ke tempat ini. Kalau Camat dulu pernah datang, Pak Andi Irman, sama yang satunya lagi saya lupa,” ungkap Sahri.
Selain fasilitas kesehatan, Sahri juga menyebut fasilitas pendidikan Sekolah Dasar (SD) di dusun tersebut dalam kondisi yang kurang memadai.
Setelah lulus SD, anak-anak Dusun Lere’ea juga terpaksa harus melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Routa Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
“Karena yang ada hanya SD, maka untuk sekolah SMP, ya, mau tidak mau harus lanjut ke Routa, dan SMA ke tempat lain lagi,” tandasnya.
Dusun V Lere’ea masuk dalam wilayah Desa Lele Kecamatan Bahodopi, yang menurut keterangan warga hanya bisa ditempuh menggunakan sepeda motor dari Desa Lele dan, memakan waktu sekitar 3—4 jam.
Jika menggunakan kendaraan roda empat, maka harus memutar melintasi Kabupaten Konawe Utara dengan kondisi jalan rusak, dan menyeberangi sungai jika tak sedang banjir. BBG