PALU, MERCUSUAR – Komoditi tuna segar yang diekspor dari Sulteng telah masuk ke pasar Jepang, sejak dimulainya ekspor tersebut beberapa waktu lalu.
Hasil evaluasi usai ekspor perdana tersebut, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, Moh. Arif Latjuba menyebutkan, ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan utamanya dari sektor hulu.
“Ahamdulillah sudah masuk tuna kita di pasar Jepang, sudah dievaluasi kita punya ikan. Memang ada beberapa yang harus diperbaiki dari pihak kita atau sektor hulu, yakni yang menjadi tugas Dinas Kelautan dan Perikanan,” katanya di ruang kerjanya, baru-baru ini.
Salah satunya, sambung Arif, adalah pihak DKP bersama eksportir dapat meningkatkan upaya menjaga kualitas kesegaran tuna yang dikirim ke Jepang.
Dijelaskannya, pasar Jepang sangat mengharapkan agar kualitas kesegaran ikan lebih terjaga, tidak mengalami penurunan grade yang mengakibatkan penurunan harga. Jika grade-nya dinilai mengalami penurunan yang signifikan, maka akan berisiko ekspor tuna tersebut ditolak.
“Kalau turun sekali grade-nya maka mereka tidak mau ambil. Nah, kalau tidak diambil ini menjadi tanda Tanya, antara mereka tidak ambil dan bilang silakan ulang lagi ekspor dengan grade yang baik, atau malah ditolak dan masuk dalam blacklist. Ini kan harus dijaga semua,” ujarnya.
Arif menyebut saat ini pihak Jepang kembali meminta kembali dilakukan ekspor dari Sulteng, guna memenuhi kebutuhan pasar tuna di Jepang yang sedang kosong.
“Mereka minta kita untuk ekspor lagi karena pasar Jepang sekarang sedang kosong untuk tuna,” imbuh Arif.
Namun, lanjutnya, permintaan tersebut masih sulit untuk dipenuhi dalam waktu dekat. Sebab saat ini tuna sedang sulit untuk didapatkan di perairan Sulteng. Padahal, kendala ‘connecting flight’ yang sebelumnya sempat menyebabkan penundaan pengiriman, telah teratasi.
“Ini sementara kita upayakan mudah-mudahan bisa, karena tuna sekarang ini cukup sulit. Orang bilang belum musimnya. Kalau connecting flight sudah ada, kita punya eksportir oke, sekarang tinggal menunggu komoditi,” pungkas Arif. IEA