PALU, MERCUSUAR – ‘Merajut Tradisi Melestarikan Hutan untuk Masa Depan yang Adil dan Penghidupan Berkelanjutan’ merupakan semangat dalam pembangunan Tampo Lore, yang mendedikasikan kebudayaan serta adat istiadat dan lingkungan menjadi satu kesatuan utuh dalam kehidupan masyarakat di Tampo Lore, Lembah Behoa Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso.
Hal itu disampaikan penyelenggara Festival Tampo Lore, Mochammad Subarkah, di Palu, Sabtu (10/6/2023).
“Berdasarkan potensi yang ada, baik kebudayaan maupun adat istiadat dan upaya mengembangkan produk dan mata pencaharian masyarakat, agar terus memiliki pengaruh yang besar dalam membumikan entitas masyarakat Tampo Lore. Festival ini bukan hanya semata sebuah perayaan namun menjadi terobosan bagi community enterprises yang berkelanjutan. Festival ini berusaha menjadi katalisator untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,” ungkapnya.
Subarkah menambahkan, festival tersebut juga mendorong pengelolaan ruang berbasis pembangunan ramah lingkungan, memperkuat komunitas masyarakat dari pemuda, perempuan dan laki-laki, dalam menumbuhkembangkan dan menjaga nilai-nilai kebudayaandan adat di wilayah Tampo Lore.
Juga disebutkan tujuan dari Festival Tampo Lore untuk menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan adat istiadat Tampo Lore, menjaga dan melestarikan sumber-sumber penghidupan masyarakat, mendukung pembangunan yang inklusi, adil dan berkelanjutan bagi semua pihak.
Subarkah menjelaskan, Festival Tampo Lore menjadi jalan bagi penghidupan dan community enterprises yang berkelanjutan, untuk dilihat dan dihargai oleh masyarakat luas untuk mendukung ruang kelola masyarakat, pembangunan ekonomi lokal dengan tetap menjaga ekosistemnya, serta komunitas, baik perempuan dan laki-laki yang merupakan upaya global untuk menyelamatkan ekologi dan merupakan elemen penting dari masyarakat Indonesia dengan mendorong beberapa strategi.
Strategi pertama, menciptakan ruang bagi berbagai upaya menumbuhkembangkan budaya serta mempertahankan adat istiadat Tampo Lore, produk lokal yang berkelanjutan untuk diketahui masyarakat Sulawesi Tengah dan masyarakat secara luas.
Kedua, mempromosikan kolaborasi dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan pemerintah, sektor swasta dan konsumen, untuk mendukung produk dan mata pencaharian masyarakat yang berkelanjutan.
Ketiga, mendorong munculnya kebijakan yang akan mendukung atau memberikan insentif yang lebih besar untuk produk lokal yang berkelanjutan.
Festival Tampo Lore merupakan festival berbasis lembah yang mendiami tiga wilayah lembah, di antaranya lembah Pekurehua, Lembah Behoa dan Lembah Bada di Kabupaten Poso. Festival pertama
telah dilaksanakan di Lembah Pekurehua, tepatnya di Desa Wanga Kecamatan Lore Peore Kabupaten Poso pada tahun 2019, yang dilaksanakan oleh Konsorsium Relawan untuk Orang dan Alam – Yayasan Panorama Alam bersama NTFP Indonesia dan Green Livelihoods Alliance.
“Kali ini, kembali melaksanakan Festival Tampo Lore kedua, yang akan dilaksanakan di Lembah Behoa. Pelaksana festival melibatkan masyarakat dari wilayah Lembah Behoa, pemuka agama, adat dan pemerintah. Harapannya, dengan festival ini juga memberikan manfaat dalam proses pembangunan baik untuk masyarakat maupun pemerintah, untuk mengelola sumberdaya penghidupan secara arif dan berkelanjutan,” ujar Subarkah. TIN