PALU, MERCUSUAR – Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, bekerjasama dengan Perkumpulan Prodi Sejarah se-Indonesia (PPSI) dan Departemen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga, melaksanakan Kuliah Tamu, Jumat (18/2/2022). Kegiatan yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 ini, dihadiri oleh kurang lebih 20 peserta, baik dari kalangan mahasiswa dan dosen Jurusan SPI maupun dari perguruan tinggi lainnya.
Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Ujian Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) UIN Datokarama ini, dibuka secara resmi oleh Dekan FUAD UIN Datokarama Palu, Dr. H. Sidik., M.Ag. Dalam sambutannya, Dr. Sidik mengapresiasi Jurusan SPI yang melaksanakan kuliah tamu, sebagai salah satu upaya untuk mendorong peningkatan kompetensi pembelajaran di jurusan tersebut.
Dr. Sidik juga berharap, upaya-upaya peningkatan mutu seperti ini terus dilakukan di lingkungan FUAD UIN Datokarama Palu. Pihaknya juga mendorong adanya upaya kerjasama dengan perguruan-perguruan tinggi lainnya, untuk mendukung upaya ini.
“Mungkin bisa dijajaki kerjasama antara Jurusan SPI dengan Departemen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga,” ujarnya.
Kuliah tamu ini menghadirkan dosen Departemen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga, Dr. Sarkawi B. Husain., M.Hum, sebagai pembicara. Doktor Ilmu Sejarah lulusan Universitas Gadjah Mada pada 2016 ini membahas mengenai sungai dalam perspektif masyarakat, dilihat dari pendekatan etnoekologi.
Menurut penulis buku Negara di Tengah Kota ini, kajian tentang sungai telah dilakukan oleh beberapa kalangan, semisal akademisi hingga aktivis-LSM. Meskipun demikian, menurutnya penelitian-penelitian tersebut bertitik tolak dari paradigma yang bersifat positivistik.
Paradigma ini kata dia, sangat mengandalkan data kuantitatif dan mengabaikan pandangan yang dari orang yang diteliti. Penelitian dengan kerangka teoretis semacam ini, pasti memiliki manfaat, tetapi sekaligus memiliki beberapa kelemahan.
Mengutip Heddy Shri Ahimsa-Putra, Dr. Sarkawi menjelaskan, hasil penelitian seperti ini tidak dapat menjelaskan dengan baik pola perilaku pemanfaatan air sungai, karena tidak diberikan informasi bagaimana variabel tertentu berkaitan dengan variabel tersebut. Kemudian, pada penelitian seperti ini, peneliti umumnya memakai persepsinya, untuk memandang dan mendefenisikan masalah yang diteliti.
Peneliti tidak berusaha memahami perilaku pemanfaatan lingkungan, yakni air sungai dengan segala konteksnya, dari sudut pandang orang yang diteliti. Akibatnya, perilaku masyarakat dalam memanfaatkan air sungai, tidak dapat dipahami dengan baik dan hasil penelitiannya kurang infomatif. Kelemahan penelitian ini kata Ahimsa-Putra, sebagamana dijelaskan Dr. Sarkawi, adalah diabaikannya sebuah dimensi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu dimensi makna. JEF