POSO, MERCUSUAR – Usai meraih peringkat pertama dalam penanganan stunting se-Sulteng tahun 2025, tidak menjadikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Poso berpuas diri. Sebaliknya, Pemkab Poso lebih serius lagi dalam melakukan penanganan secara masif dalam menekan prevalensi angka stunting di Kabupaten Poso.
Salah satu upayanya, Pemkab Poso meluncurkan program Gerakan Serentak Peduli Stunting Mosintuwu Mamporewu Balita Stunting (Gertak Penting M2BS), di halaman Kantor Bupati Poso, Kamis (31/7/2025).
“Gertak Penting ini sebenarnya adalah gerakannya saja, namun visinya tetap sama seperti yang sudah kita lakukan dalam tiga tahun terakhir dalam penanganan stunting di Kabupaten Poso,” kata Bupati Poso, dr.Verna Inkiriwang.
Pemkab Poso pada tahun 2005 berhasil meraih peringkat pertama se-Sulteng dalam evaluasi 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan angka Stunting tahun 2024.
“Prestasi itu tentu menjadikan Pemkab Poso lebih serius lagi dalam menurunkan prevalensi stunting di Kabupaten Poso. Selain itu, kita juga tetap melakukan evaluasi. Apa yang sudah bagus kita pertahankan, dan apa yang masih kurang itu yang kita perbaiki lagi, termasuk perlunya keberpihakan anggaran,” tegas Verna.
Salah satu inovasi dalam Gertak Penting M2BS, ungkap Verna, adalah menjadikan seluruh OPD untuk bergerak bersama. Dengan catatan, setiap OPD menjadi orang tua asuh untuk satu desa.
“Jadi setiap OPD bertanggung jawab untuk satu desa. Kita inginkan agar melalui program ini, semua OPD bisa bergerak serentak dalam penanganan stunting di Kabupaten Poso,” imbuh Verna.
Pada kesempatan itu, Verna didampingi Wakil Bupati (Wabup) Poso, Suharto Kandar, Sekkab Poso, Heningsih Tampai, Kadis Kesehatan, Kepala DP2KB dan Kepala Bapelitbangda Poso sebagai leading sector program.
“Program ini bukan hanya simbolik, tetapi merupakan aksi nyata. Kami ingin memastikan setiap anak tumbuh sehat, cerdas dan kuat sebagai wujud nyata dari semangat kemerdekaan,” tambahnya.
Verna menegaskan bahwa stunting merupakan persoalan serius yang harus ditangani secara lintas sektor.
“Stunting bukan sekadar persoalan gizi, tetapi menyangkut masa depan generasi kita. Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi kronis berisiko tumbuh dengan keterbatasan fisik dan perkembangan otak, yang tentu akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia Kabupaten Poso dimasa depan,” tegasnya.
Karena itu, Verna menyerukan semangat kolaborasi sebagai kunci utama dalam keberhasilan program tersebut.
“Penurunan angka stunting tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah. Namun kita semua, termasuk ASN, masyarakat dan sektor swasta, harus terlibat aktif. Semoga program ini menjadi tonggak perubahan menuju Poso yang lebih sehat, lebih sejahtera, dan lebih berdaya saing,” serunya.
Verna juga mengapresiasi seluruh pihak, termasuk OPD, BUMN, BUMD, organisasi profesi, komunitas lokal serta dunia usaha, yang telah berkomitmen untuk mendukung dan terlibat aktif dalam penanganan stunting secara terintegrasi. ULY