PALU, MERCUSUAR – Guru madrasah dipandang sebagai salah satu garda terdepan dalam strategi nasional Moderasi Beragama, sebagaimana Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Agama (Kemenag) tahun 2020-2024.
Hal itu disampaikan Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang Diklat Kemenag RI, Dr. H. Mohsen Alaydrus, saat membuka Workshop Peran Guru Madrasah sebagai Pelopor Moderasi Beragama, di salah satu hotel di Palu, Senin (25/7/2022).
“Jumlah guru madrasah cukup besar, secara nasional mencapai 780.652. Guru mempunyai peran sentral dalam menentukan performa pembelajaran di madrasah,” kata Mohsen.
Menurutnya, madrasah memiliki posisi strategis dalam membangun gerakan moderasi beragama. Hal itu karena madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki basis komunitas keagamaan yang sangat kuat.
Saat ini, jumlah madrasah di Indonesia sangat besar, hingga mencapai 53.929 atau sebesar 19,53 persen dari jumlah satuan pendidikan sekolah di Indonesia yang berjumlah 222.147. Jumlah peserta didik madrasah secara keseluruhan di Indonesia mencapai 9.245.248 orang.
Di Provinsi Sulteng, terdapat 782 madrasah baik negeri maupun swasta, yang terdiri dari Raudhatul Athfal (RA) 124, Madrasah Ibtidaiyah (MI) 208, Madrasah Tsanawiyah (MTs) 284, dan Madrasah Aliyah (MA) 166.
“Moderasi beragama diperlukan, karena sikap ekstrem dalam beragama tidak sesuai dengan esensi ajaran agama itu sendiri. Selain itu, sikap eksterm dalam beragama sering kali menjadi pemicu dan pemacu timbulnya rasa benci dan intoleran,” jelas Mohsen.
Sementara itu, Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kemenag Sulteng, H. Makmur M. Arief dalam sambutannya, menyampaikan peran guru madrasah sangat penting dalam proses penajaman moderasi beragama, dengan memerhatikan fungsi informatif, komunikatif, edukatif, dan motivatif dalam menjalankan tugas profesinya.
“Seluruh program moderasi beragama akan di-breakdown menjadi program turunan lainnya di daerah. Terkait dengan penguatan moderasi beragama pada seluruh madrasah di Sulteng, Bidang Pendidikan Madrasah Kemenag Sulteng menyusun berbagai strategi implementasi, dan tentunya kami harap para guru dapat menopang jalannya strategi ini,” ujar Makmur.
Dari sekian strategi yang akan dijalankan, Makmur mengatakan salah satunya adalah strategi insersi atau penyisipan, yaitu menggabungkan kurikulum merdeka bersama muatan moderasi beragama dalam setiap materi yang relevan.
Insersi akan menekankan pada aspek bagaimana substansi mata pelajaran dikaitkan dengan spirit moderasi beragama hingga dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
“Hal ini akan bermuara pada informasi positif, yang kelak diimplementasikan bersama dan disebarluaskan ke tengah masyarakat juga anak didik,” imbuhnya.
Ketua Panitia kegiatan, Ma’ruf M. Arief mengatakan, workshop tersebut diselenggarakan oleh Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang Diklat Kemenag RI bekerja sama dengan Yayasan Pusat Pendidikan Alquran Albina.
Workshop yang diselenggarakan selama dua hari tersebut, diikuti 100 orang guru madrasah swasta yang berasal dari Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Parigi Moutong.
“Selain itu, ada juga perwakilan dari Kantor Kemenag Kota Palu dan Sigi, serta para pengawas madrasah di Kota Palu dan Sigi, dan perwakilan Majelis Pendidikan PB Alkhairaat,” kata Ma’ruf.
Tujuan kegiatan itu, jelasnya, adalah untuk memberikan penguatan terhadap peran guru di madrasah, sebagai pelopor moderasi beragama di lingkungan madrasah.
“Diharapkan para guru ini dapat menjadi garda terdepan dalam memberikan pemahaman moderasi beragama di lingkungan madrasahnya, terutama kepada para peserta didik,” tutur Ma’ruf.
Selama kegiatan, para peserta diberikan materi yang disampaikan oleh berbagai narasumber, dengan muatan-muatan seperti konsep strategis insersi nilai-nilai moderasi beragama, strategi implementasi penguatan moderasi beragama di madrasah, peran dan posisi strategis guru madrasah sebagai pelopor penguatan moderasi beragama, serta implementasi moderasi beragama melalui pendekatan kearifan lokal. IEA