Haji Adalah Ibadah yang Penuh Makna

HAJI-e1855e6a
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Morowali Utara, Abd. Mun’im Godal saat menjad khatib salat Iduladha di Masjid Agung Nurul Taqwa Kolonodale, Minggu (10/7/2022).///FOTO: HUMAS KEMENAG

KOLONEDALE, MERCUSUAR – Ibadah Haji memberikan gambaran kepada manusia, bahwa manusia harus kembali ke fitrah aslinya sebagai hamba, baik ketika hidup maupun mati.

Hal itu menjadi salah satu poin yang disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Morowali Utara (Morut), Dr. H. Abd. Mun’im Godal, saat menjadi khatib salat Iduladha 1443 H di Masjid Agung Nurul Taqwa Kolonodale, Minggu (10/7/2022).

Mun’im juga menyampaikan, bulan Dzulhijjah memiliki keistimewaan yang ditandai dengan adanya ibadah tertentu yang tidak mesti dilaksanakan di bulan lainnya, yakni ibadah haji. Menurutnya, rukun Islam kelima tersebut sarat dengan ritual-ritual yang penuh makna.

Yang pertama, kata Mun’im, adalah makna tauhid. Makna ini tersirat dalam posisi kakbah sebagai sentra kedatangan jemaah haji dari seluruh dunia.

“Jutaan orang dari berbagai penjuru dan bangsa berkumpul dalam satu pusat, tanpa dibedakan bahwa satu daerah lebih utama dibanding daerah lainnya. Ini adalah symbol, bahwa tujuan dari keseluruhan hidup ini adalah satu, yakni Allah SWT,” ujar Mun’im.

Selanjutnya, adalah makna kemanusiaan. Dijelaskannya, pakaian ihram yang dikenakan orang-orang saat memulai ibadah haji, adalah simbol kesamaan dan kesetaraan semua manusia.

“Makna kedua ini sekaligus mempertegas makna pertama, yakni nilai tauhid. Konsekuensi dari menjunjung tinggi tauhid adalah mengakui bahwa tidak ada yang lebih mulia selain Allah SWT. Manusia pada hakikatnya berada dalam kesetaraan. Standar kedudukan hanya bisa dinilai dari sudut pandang Allah, melalui tingkat ketakwaan,” tuturnya.

Makna terakhir, lanjut Mun’im, adalah napak tilas sejarah kenabian. Menurutnya, haji menjadi momen mengenang jejak-jejak para nabi terdahulu. Khususnya Adam AS, Ibrahim AS, dan Muhammad SAW. Perjalanan para nabi tersebut, disebutkannya, bukan sejarah hidup yang kosong makna, melainkan mengandung berbagai pelajaran yang penting untuk diingat.

Pada kesempatan itu, Mun’im juga mengingatkan bahwa Allah SWT tidak mewajibkan ibadah haji bagi semua orang sebagaimana ibadah lainnya seperti salat. Kewajiban haji hanya diperuntukkan bagi orang yang mampu.

“Haji adalah perjalanan suci, bukan wisata untuk meraih kebanggaan diri. Karena itu, bagi yang belum diberi kemampuan menunaikan haji tak perlu berkecil hati, selama kita selalu berusaha menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa, memegang prinsip tauhid, menghargai kemanusiaan, dan menjalankan ketentuan syariat sebagaimana diajarkan Rasulullah,” pungkas Mun’im.

Turut hadir bersama ratusan masyarakat lainnya pada salat Iduladha di masjid Agung Nurul Taqwa Kolonodale, Wakil Bupati Morowali Utara, Ketua PHBI dan tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya. */IEA

Pos terkait