PALU, MERCUSUAR – Data hasil Pendataan Keluarga 2021 (PK21) dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan terintegrasi di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Hal ini dikatakan Asisten Administrasi Umum, Hukum dan Organisasi, Mulyono, saat menyampaikan sambutan tertulis Gubernur Sulteng, pada pembukaan diseminasi hasil PK21, Selasa (7/12/2021), di Hotel Santika.
Menurutnya, PK21 yang merupakan sumber data mikro by name by address, dalam rangka mewujudkan satu data Indonesia, diharapkan pemanfaatannya dapat mengentaskan problematika pembangunan, lewat perencanaan program yang integratif.
PK21 dilaksanakan oleh BKKBN Perwakilan Sulteng mulai dari 1 April sampai 30 Juni 2021, dengan melibatkan lebih dari 4700 kader, serta menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu daring dari perangkat gawai dan secara manual lewat kunjungan dari rumah ke rumah.
Lanjut Mulyono, dari data ini terlihat masalah-masalah seputar program pembangunan keluarga, kependudukan dan KB, mengerucut jadi dua aspek, yakni stunting dan perkawinan anak.
“Sulteng tergolong dalam 10 besar nasional penyumbang anak stunting, dengan prevalensi tinggi,” kata Mulyono menyebut data SSGBI 2019, yang menyebut angka stunting Sulteng berada di kisaran 31,26 persen, sedangkan perkawinan anak menurut data Susenas 2018 mencapai 58 persen.
Untuk percepatan menurunkan stunting dan perkawinan anak kata Mulyono, ada tiga terobosan yang ditempuh. Pertama, membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang disebar ke masyarakat. Dua, melibatkan perguruan tinggi lewat program tematik Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tiga, kerjasama pihak ketiga atau dengan yayasan-yayasan nirlaba.
“Saya harap dapat menyampaikan ke masyarakat, supaya dapat informasi untuk pelayanan kesehatannya dalam pencegahan stunting,” titip Mulyono ke pihak-pihak terkait, dalam upaya pengentasan stunting.
Sementara itu, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso, mengapresiasi terobosan-terobosan Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Maria Ernawati, dalam pengentasan stunting, di antaranya lewat TPK yang baru ada satu-satunya di Indonesia, untuk memberi edukasi kepada calon pengantin/calon Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil dan ibu pasca persalinan.
“Kita berdayakan TPK, agar kader-kader ini bisa semangat (bekerja),” pesannya.
Para calon pengantin lanjutnya, adalah prioritas supaya mendapat pengetahuan tentang asupan gizi, supaya buah hati yang lahir nanti, tumbuh menjadi generasi sehat dan bebas stunting.
Selain acara diseminasi, juga dilaksanakan pengukuhan TPK, peluncuran program KKN Tematik Universitas Tadulako, dan pemberian penghargaan kepada pemerintah kabupaten atas capaian penurunan stunting di Sulteng. ABS