Selain itu, letak geografis Kabupaten Donggala yang strategis dengan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara, menurut Rifani, memberikan peluang besar bagi Donggala untuk berbenah, menyiapkan diri sebagai daerah penyangga.
“Sejauh ini, dalam memaksimalkan peluang kehadiran IKN, masih terbatas pada tataran konsep dan diskusi. Inovasi dan pembenahan yang dilakukan masih sangat sedikit,” ujarnya.
“Saya menyadari bahwa Pemkab Donggala belum benar-benar bangun dari tidur. Bekerja biasa-biasa saja, sudah membudaya di Kabupaten Donggala. Sementara di era digital sekarang ini, kecepatan adalah kunci. Kecepatan dalam mengambil keputusan dan mengaktualisasikan keputusan menjadi penentu percepatan pembangunan di suatu daerah,” sambungnya.
Begitu pula dengan inovasi, yang menurutnya tidak kompatibel dengan budaya kerja yang mementingkan senioritas. Rekrutmen pejabat di Pemkab Donggala masih mengedepankan senioritas atau metode urut kacang, yang tua didahulukan sementara yang muda diminta bersabar dulu.
“Dalam budaya senioritas seperti ini, benih-benih inovasi berpotensi mudah gugur dan mati suri. Sehingga dengan kondisi yang demikian itu, maka peluang akan terlewat begitu saja,” tegasnya lagi.
“Pilihan besar itu, ada pada kita semua. Apakah kita akan menjadi penonton perubahan, atau terlibat untuk berperan aktif dan mendominasi perubahan itu,” pungkasnya. HID