LUWUK, MERCUSUAR – Salah satu Kelompok Sumber Tani Lestari binaan dari JOB Tomori yang berada di Desa Sumber Harjo, Kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai, berhasil mengendalikan hama di sawahnya masing-masing, dengan menerapkan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu, salah satunya dengan pemanfaatan musuh alami. Teknik pengendalian itu, dimulai dari pra-tanam sampai menjelang panen, seperti Gropyokan, pengemposan, pengumpanan dan pemanfaat musuh alami (predator) hama tikus dengan memanfaatkan burung hantu (tyto alba).
Hal itu disampaikan Lamri, salah seorang petani di Sumber Harjo ke media ini, Sabtu (24/12/2022).
Lamri mengatakan, awalnya warga saat mengolah sawah seperti padi organik yang telah diserang oleh hama tikus secara terus menerus, mengakibatkan hasil panennya berkurang, karena padi organik tidak bisa menggunakan racun kimia.
“Pada awal tahun 2018, kepala desa telah mendapat kesempatan untuk berangkat ke Demak yang difasilitasi oleh JOB Tomori soal alba, untuk mengikuti pelatihan di Demak. Ketika kepala desa kembali dari pelatihan, langsung memberikan pelatihan kepada kelompok petani padi organik,” kata Lamri.
Pengembangan budi daya burung hantu dari bekal Ilmu yang diterima oleh Kepala Desa kata Lamri, semua telah disampaikan kepada masyarakatnya, untuk segera mengatasi pemusnahan sang predator yakni tikus sawah dengan burung hantu. Kepala desa memerintahkan kepada kami untuk membangun rumah hantu di persawahan padi organic, yang berjumlah awalnya sebanyak 24 buah.
“Pada saat melakukan pengembangan budi daya burung hantu dengan persiapan rumahnya, JOB Tomori telah membangun rumah karantina, dengan tujuan apabila ada burung yang sakit, bisa ditangkap dan dimasukan ke karantina sampai burung hantu sehat baru dilepas kembali,” terang Lamri.
Pada tahun 2019 lanjutnya, ada rumah burung hantu yang terbuat dari besi dan calsi board. Dengan berjalannya waktu, JOB Tomori membantu membangun rumah burung hantu dengan permanen, karena progam burung hantu merupakan jangka panjang dan yang dikhawatirkan, burung tersebut berkembang biak banyak dan layak huni atau rumah tidak nyaman bagi burung hantu tersebut.
“Pada tahun 2021-2022 telah mendapat dukungan dari JOB Tomori untuk membangun rumah burung hantu di persawahan dengan permanen dan dilengkapi dengan anti petir, sehingga rumah burung hantu permanen telah disebar di Kecamatan Moilong, terdiri dari Moilong 2 unit permanen, Sumber Harjo 3 unit permanen, Muliharjo 2 unit permanen dan Selamet Harjo 2 permanen, dengan tujuan agar bangunan rumah burung hantu bukan hanya di Sumber Harjo tetapi harus merata di Kecamatan Moiling,” ujar Lamri.
Secara nyata sambung Lamri, peranan penting burung hantu bisa menjelajah hingga 500 meter. Saat awal melakukan pengembangan sangat membantu para petani padi organik yang ada di Sumber Harjo, karena perawatan burung hantu perlu proses mulai dari perawatan hingga menyiapkan rumahnya layak huni. Untuk petani juga sangat mempunyai peranan penting dalam pegendalian hama tikus dibidang pertanian.
“Jumlah burung hantu yang tersedia awalnya sebanyak 50 ekor dengan kekuatan saat lapar bisa mencapai 4-5 ekor tikus ditelan semua. Jika posisi kenyang burung hantu hanya memangsa sebagian daging tikus bagian dalam saja. Memang kita akui daya bunuh burung hantu terhadap hama tikus sangat tinggi. Burung hantu (typo alba) merupakan burung karnivora yang aktif pada malam hari, dan juga merupakan binatang pemburu tikus yang handal sehingga dapat menjadi predator alami yang efektif untuk mengendalikan hama tikus,” tutur Lamri.
Dengan adanya budi daya burung hantu yang dapat membunuh hama tikus tambah Lamri, para petani padi organik warga Desa Sumberharjo telah mengalami peningkatan dengan hasil panen mencapai 4 hingga 4,5 ton gabah kering siap giling dari jarak tanam padi organik yang makan waktu hanya 100 hari dan bebas dari racun kimia. Padi organik tidak menggunakan racun kimia dalam membunuh hama tikus,”tandas Lamri.*/PAR