BANGGAI, MERCUSUAR – Kelangkaan pupuk menjadi permasalahan serius bagi petani di Kabupaten Banggai, khususnya di Kecamatan Moilong dan Kecamatan Toili. Untuk mengatasi hal tersebut, maka CV Banggai Agrotech Mandiri membentuk Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) yang berlokasi di Desa Cendana Pura, Kecamatan Toili.
Inisiatif tersebut dipimpin oleh Fahmi A. Rizal, yang juga menjabat sebagai Kabag Kerja Sama Sekretariat Kabupaten Banggai. Didukung oleh tenaga ahli, Gendon Prabowo, seorang penyuluh pertanian. Unit tersebut telah membantu meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah Kabupaten Banggai.
Fahmi mengatakan, gagasan mendirikan UPPO tersebut bermula saat dirinya masih menjabat sebagai Camat Moilong. Kala itu, para petani menghadapi kesulitan akibat terbatasnya pupuk subsidi yang hanya memenuhi sekitar 40 persen kebutuhan daerah.
“Bahkan, petani terpaksa meminta bantuan pupuk dari daerah lain. Dengan isu kelangkaan itu, kami mulai mencari solusi dan mendirikan Pos Bidik (Kompos Bikin Hidup Lebih Baik),” kata Fahmi di kediamannya, Minggu (1/12/2024).
Tujuannya, lanjut Fahmi, fokus pada pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan limbah organik, terutama kotoran sapi, untuk diolah menjadi pupuk.
Menurutnya, pendekatan pemberdayaan masyarakat tersebut, mendapatkan dukungan penuh dari JOB Tomori, yang berperan sebagai ‘Bapak Angkat’ bagi program itu.
Ia menjelaskan, JOB Tomori tidak hanya memberikan modal tetapi juga menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung kelangsungan pengolahan pupuk. Bahkan, bangunan pengolahan pupuk organik tersebut, menggunakan batako berbahan limbah sulfatreat sebagai salah satu bentuk pemanfaatan limbah industri.
“JOB Tomori sangat mendukung inisiatif itu, bahkan bantuan mereka mencakup modal awal hingga membangun fasilitas produksi,” terang Fahmi.
Dikatakannya, produksi pupuk organik tersebut pertama kali dimulai dengan modal patungan sebesar Rp6 juta dari enam orang. Pada tahap awal, sebanyak 170 ton pupuk organik berhasil diproduksi dan 80 persennya didistribusikan secara gratis kepada petani di Kecamatan Moilong.
“Seiring waktu, produksi meningkat pesat hingga mencapai 335 ton, yang kini didistribusikan ke wilayah Toili, Moilong, bahkan hingga Luwuk,” ujarnya.
Selain itu sambung Fahmi, pihaknya juga rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar memahami manfaat pupuk organik.
“Saat ini, petani sayur, cabai, dan tomat menjadi pengguna utama pupuk itu. Bahkan, hasil panen mereka telah dikirim ke luar daerah,” tuturnya.
Pupuk organik yang dihasilkan, kata Fahmi, dijual dengan harga Rp70 ribu per karung yang berisi 40 kilogram. Ia menyebut pupuk organik jauh lebih ekonomis dibandingkan pupuk kimia.
Selain mengatasi kelangkaan pupuk, inisiatif tersebut juga membuka lapangan pekerjaan. Meski sifatnya belum rutin, UPPO melibatkan hingga 12 pekerja dalam proses produksi saat permintaan meningkat.
“Selain dampak ekonomi, pengolahan limbah menjadi pupuk organik ini juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan,” terangnya.
Menurutnya, di Kecamatan Moilong hampir setiap rumah memiliki ternak sapi. Limbahnya yang sebelumnya dianggap masalah, kini dimanfaatkan untuk membuat pupuk yang bermanfaat bagi pertanian.
Ia berharap, inisiatif tersebut dapat terus berkembang dengan dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan swasta. Bantuan dari Kementerian Pertanian berupa fasilitas pengolahan pupuk organik telah meningkatkan kapasitas produksi.
“Namun, masih banyak yang perlu dilakukan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat,” tandas Fahmi.
Sementara Relation Section Head JOB Tomori, Ruru Rudianto menyampaikan sangat mengapresiasi upaya pengelola Pos Bidik yang dilakukan tersebut.
“Inisiatif ini tidak hanya membantu petani menghadapi kelangkaan pupuk, tetapi juga menghasilkan pupuk berkualitas tinggi yang dapat meningkatkan kesuburan tanah,” kata Ruru.
Ia berharap kegiatan tersebut terus berkembang dan membawa kemajuan bagi pertanian di Kabupaten Banggai.
“Dengan keberhasilan UPPO ini, masyarakat kini memiliki alternatif pupuk yang lebih terjangkau dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Melalui sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sambungnya, solusi atas kelangkaan pupuk tersebut mulai terwujud, untuk membuka harapan baru bagi sektor pertanian di Kabupaten Banggai. */PAR