JOB Tomori Luncurkan ‘Panutan Banggai’

JOB Tomori di bawah pengawasan SKK Migas meluncurkan program inovatif Pertanian Berkelanjutan Petani Banggai (Panutan Banggai). FOTO: IST.

BANGGAI, MERCUSUAR – Kabupaten Banggai dikenal sebagai daerah agraris dengan sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat. Namun, berbagai tantangan yang dialami para petani, salah satunya adalah serangan hama. Karena minimnya pemahaman tentang pertanian organik, membuat penggunaan metode berbahaya dalam mengendalikan hama, masih menjadi masalah utama yang dihadapi petani.

Menanggapi permasalahan itu, Joint Operating Body Pertamina Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori) di bawah pengawasan SKK Migas, bergerak cepat meluncurkan program inovatif Pertanian Berkelanjutan Petani Banggai (Panutan Banggai).

Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sekaligus memperbaiki taraf hidup petani melalui pendekatan ramah lingkungan dan teknologi tepat guna.

Tim Teknis Comdev JOB Tomori, Laode Mahmud mengatakan Panutan Banggai merupakan pengembangan dari program agrotekologi yang telah dijalankan sebelumnya. Menurutnya, salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah penggunaan setrum listrik, yang sering digunakan petani untuk membasmi tikus. 

“Metode ini tidak hanya membahayakan keselamatan, tetapi juga memakan korban jiwa di beberapa desa,” kata Laode, di ruang kerjanya, Kamis (12/12/2024).

Sebagai alternatif untuk mengatasi hal tersebut, lanjutnya, JOB Tomori memperkenalkan burung hantu Sulawesi sebagai bio-predator alami untuk mengendalikan hama tikus. Untuk mendukung langkah tersebut, perusahaan menyediakan rumah khusus bagi burung hantu, yang dikenal dengan sebutan Rumah Silaban.

“Metode ini tidak hanya mengurangi risiko kecelakaan, tetapi juga terbukti efektif dalam mengatasi serangan hama secara alami,” terangnya.

Ia menjelaskan, inovasi lain yang diperkenalkan adalah penggunaan pompa air tenaga kincir angin untuk mengatasi masalah irigasi di lahan baru. Teknologi tersebut memungkinkan petani mengairi sawah tanpa ketergantungan pada listrik, sehingga lebih efisien dan hemat biaya.

“Di sisi lain, minimnya produksi kompos menjadi perhatian utama bagi para petani,” ujarnya.

JOB Tomori mendirikan Pos Bidik di Desa Cendanapura Kecamatan Toili, sebagai pusat pengelolaan kompos komunal. Pos itu membantu petani mendapatkan pupuk organik berkualitas yang mampu meningkatkan hasil panen.

Selain itu, kata Laode, di Desa Sumberharjo Kecamatan Moilong, JOB Tomori aktif mendorong pengembangan pertanian organik melalui pelatihan dan praktik langsung. Bahkan, desa itu kini menjadi model untuk wisata edukasi pertanian berkelanjutan, dengan melibatkan masyarakat dalam kelompok sadar wisata (pokdarwis).

“Hasil dari program itu, saat ini mulai dirasakan oleh masyarakat manfaatnya,” tandas Laode.

Sementara Kepala Desa (Kades) Sumberharjo, Bahrun mengatakan penggunaan burung hantu sebagai pengendali hama tikus, serta produksi kompos dari Pos Bidik telah meningkatkan hasil panen padi masyarakat secara signifikan.

“Pendekatan yang diterapkan JOB Tomori juga lebih aman dan ramah lingkungan, menjadikan pertanian di desa ini lebih berkelanjutan,” kata Bahrun.

Berdasarkan program itu, Bahrun berharap JOB Tomori terus mendukung pengembangan sektor pertanian melalui Panutan Banggai. Dengan keberlanjutan program tersebut, para petani optimis dapat mencapai kesejahteraan yang lebih baik.

“Panutan Banggai adalah bukti, bahwa inovasi sederhana namun tepat sasaran dapat membawa perubahan besar bagi kehidupan petani dan kelestarian lingkungan,” tandas Bahrun. */PAR

Pos terkait