Kabid Bimas Kristen, Beri Pelayanan Rohani Masyarakat Pedalaman

Kabid Bimas Kristen Kemenag Sulteng, Martinus Bonggili (tengah) bersama warga di salah satu wilayah pedalaman Kabupaten Parigi Moutong, akhir pekan lalu. FOTO: IST.

PALU, MERCUSUAR – Kepala Bidang (Kabid) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulteng, Dr. Martinus Bonggili menemui masyarakat suku lauje, di wilayah pedalaman Kabupaten Parigi Moutong, untuk memberikan pelayanan rohani, akhir pekan lalu.

Kunjungan tersebut dilaksanakan melalui undangan dari Gereja Firman Allah (GFA). Kunjungan pertama dilaksanakan di Desa Eeya Kecamatan Palasa bersama GFA Ogosiil, lalu kunjungan kedua dilaksanakan di Desa Ogoalas Kecamatan Palasa bersama GFA Ogoalas.

“Ada pelayanan GFA untuk suku terdalam, misi mereka di sana itu memerhatikan masyarakat punya pendidikan dengan kehidupan keagamaan agar disentuh. Mereka mengundang saya sekaligus memberikan penguatan-penguatan dan siraman rohani di sana,” kata Martinus, di ruang kerjanya, Selasa (11/3/2025).

Martinus menegaskan, penguatan keagamaan bagi masyarakat di daerah pedalaman sangat penting, sebagai bagian dari pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

“Pelayanan kita juga harus menyentuh suku pedalaman, karena di sana mereka punya kerinduan atas kehadiran kita, baik pemerintah atau tokoh-tokoh agama,” tutur Martinus.

Menurutnya, pemerintah bersama pihak-pihak terkait lainnya harus mampu menyentuh kehidupan rohani masyarakat, hingga ke daerah pedalaman.

“Selain itu, yang harus kita sentuh juga adalah pendidikan, kesehatan, serta akses transportasi utamanya untuk memperlancar distribusi hasil alam dari kebun-kebun milik mereka,” ujarnya.

Martinus mengungkapkan, upaya pembinaan keagamaan bagi masyarakat di pedalaman juga dapat dilakukan melalui pendekatan kebudayaan, seperti bahasa. Salah satunya, dengan menghadirkan kitab suci agama yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa warga setempat.

“Yang menarik di sana, masyarakatnya sudah memiliki Bibel yang telah diterjemahkan ke bahasa setempat, tim penerjemahnya itu berasal dari Amerika. Ini memberikan pendidikan agama melalui pendekatan budaya, khususnya bahasa,” tandasnya.

Martinus mengakui, meskipun melalui medan jalan yang cukup ekstrem untuk dapat mencapai lokasi pertemuan, ia merasa gembira dapat memberikan penguatan keagamaan, dan merasa mendapatkan sambutan yang positif dari masyarakat setempat.

“Mereka merasa senang, gembira, bersuka cita meskipun harus jauh-jauh datang. Ini bagian dari pelayanan Kemenag yang harus kita perhatikan,” tandas Martinus. IEA

Pos terkait