PALU, MERCUSUAR – Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Palu kembali melaksanakan program kolaborasi bersama Universitas Tadulako (Untad) melalui mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik angkatan IV, yakni program KKN Asyik Fasilitator Edukasi Obat dan Makanan (KAFE OM) tahun 2023.
Program tersebut dibuka secara resmi oleh Kepala BPOM di Palu, Agus Riyanto, bersama Lembaga Pengembangan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Untad, dan dihadiri 100 mahasiswa yang mengikuti program tersebut, di Aula Posintomu BPOM di Palu, Selasa (1/8/2023).
Agus Riyanto menyebutkan, program tersebut telah berjalan selama empat tahun sejak 2020 lalu. Pada tahun ini, pihaknya melakukan modifikasi dengan fokus pada upaya penanggulangan stunting.
“Tahun ini kami berinisiatif, program ini difokuskan pada upaya penanggulangan, pencegahan dan penurunan stunting, khususnya di Sulteng,” kata Agus.
Menurut Agus, menjaga keamanan pangan menjadi salah satu intervensi yang dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya stunting.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 yang dilakukan Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting pada balita secara nasional sebesar 21,6 persen, masih berada di atas target RPJMN 2020-2024 yaitu 18,4 persen. Sedangkan Sulteng berada pada peringkat ketujuh, dengan prevalensi stunting sebesar 28,2 persen.
Dijelaskan Agus, keamanan pangan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya pencegahan stunting. Konsumsi makanan yang sehat, bergizi dan aman, yaitu bebas dari tiga bahaya keamanan pangan (cemaran fisik, kimia, dan biologis) akan memaksimalkan pertumbuhan menjadi baik dan optimal.
“Pangan yang tercemar akan menyebabkan malabsorpsi, diare, dan memperlambat atau merusak respons imun yang merupakan salah satu penyebab utama stunting,” ujar Agus.
KAFE OM adalah program kerja sama BPOM di Palu dan perguruan tinggi di Sulteng yang menjadikan program KKN sebagai sarana penyebaran informasi pengawasan obat dan makanan. Tahun ini, kegiatan tersebut akan dilaksanakan secara serentak di seluruh kabupaten dan kota di Sulteng pada bulan Agustus 2023.
“Mahasiswa yang akan menjadi agen atau fasilitator edukasi sebanyak 100 orang, dengan target komunitas yang akan diedukasi masing-masing mahasiswa sebayak 100 komunitas. Sehingga, jumlah total komunitas yang teredukasi 10.000 komunitas di 13 kabupaten dan kota,” ungkap Agus.
Komunitas yang akan diberikan edukasi, meliputi ibu hamil dan menyusui, ibu dengan balita atau anak stunting, remaja usia 16—21 tahun, serta pelaku usaha pangan olahan dan pangan siap saji.
“Selain melakukan edukasi, mahasiswa juga akan melakukan pengujian rapid test kit bahan berbahaya terhadap makanan atau jajanan yang beredar di wilayah pelaksanaan KKN. Dengan adanya pengujian ini, diharapkan mampu menjadi filter untuk meminimalisir penggunaan bahan berbahaya di masyarakat,” tutur Agus.
Sementara itu, perwakilan LPPM Untad, Nawawi Natsir menekankan harapan agar para mahasiswa yang mengikuti program KKN tersebut dapat menjadi motivator atau agen yang memberikan solusi di tengah-tengah masyarakat, dengan bersinergi bersama BPOM.
“KKN ini diperlukan agar mahasiswa bisa bekerja sama. Inti dari KKN adalah kerja sama, kolaborasi antara mahasiswa dengan timnya serta dengan masyarakat,” pungkas Nawawi. IEA