Karsa Institute dan Warga Kabalutan, Budidaya Karang dengan Tempurung Kelapa 

KARSA-c379ca07
FOTO: Karsa Institute dan warga Kabalutan, Kecamatan Talatako, Kabupaten Tojo Unauna, budidaya karang dengan tempurung kelapa, belum lama ini. FOTO: DOK KARSA INSTITUTE 

AMPANA, MERCUSUAR – Karsa Institute dan warga Kabalutan, Kecamatan Talatako, Kabupaten Tojo Unauna, dengan dukungan CEPF-Burung Indonesia, melakukan budidaya karang dengan metode Bioreeftek, belum lama ini. 

Bioreeftek adalah salah satu jenis terumbu karang buatan, yang telah dikembangkan oleh Balai Penelitian dan Observasi Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2008. 

Hal tersebut disampaikan Direktur Karsa Institute, Rahmat Saleh, kepada wartawan Mercusuar, melalui sambungan telepon, Jumat (15/4/2022).

Kata dia, disebut Bioreeftek, karena penggunaan batok/tempurung kelapa sebagai substrat atau media penempelan larva planula karang, untuk perkembangan alami individu karang yang baru. 

Penggunaan metode ini dipilih, mengingat banyaknya pohon kelapa yang tumbuh di kawasan pesisir Kepulauan Togean. Konstruksinya sederhana dan mudah dibuat, sehingga metode ini relative effisen dan terjangkau oleh masyarakat. 

Bioreeftek bekerja dengan cara merekrut larva planula karang secara alami, cara ini membuat teknologi budidaya karang ini dapat dikategorikan less-destructive, jika dibandingkan dengan metode-metode konvensional lainnya. 

Peletakan Bioreeftek ini yakni ditempatkan di kedalaman antara 2-3 meter di dasar perairan yang memiliki kondisi ekosistem terumbu karang yang relative baik, dengan dasar yang cukup rata agar Bioreeftek dapat berdiri kokoh. 

Dalam siklusnya, setelah larva planula karang menempel pada substrat Bioreeftek, maka dapat dilakukan pemindahan ke lokasi lain yang memiliki prosentase penutupan terumbu karang yang relatif rendah untuk dilakukan upaya rehabilitasi. 

Kegiatan asistensi, instalasi dan pemasangan telah dilakukan dari 10 hingga 15 April 2022. 

Kegiatan ini dilakukan oleh 15 pemuda di Desa Kabalutan, Kecamatan Talatako, Kawasan Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Unauna.  

“Pengerjaan Bioreeftek membutuhkan waktu kurang lebih 1-2 hari untuk proses pengeringan. Dalam pengerjaannya, para pemuda terlihat sangat antusias dan penasaran akan metode ini,” ujarnya. 

Mereka mengaku mendapat perspektif dan pengetahuan baru untuk rehabilitasi karang. Ini juga menjadi pengalaman pertama mereka merehabilitasi karang. 

Meskipun, pernah mendengar upaya rehabilitasi terumbu karang, namun selama ini mereka menganggap itu adalah kegiatan elite, karena mahal, sangat teknis dan diluar jangkauan mereka. 

Padahal, mereka sangat berkepentingan dengan terumbu karang yang sehat, karena berhubungan langsung dengan sumber nafkah mereka.  

Hal lain yang diharapkan adalah manfaatnya di  masa depan. Selain menjadi salah satu upaya dalam merehabilitasi ekosistem terumbu karang yang terdegradasi, Bioreeftek ini dapat menjadi salah satu pemasukan tambahan jika nanti Desa Kabalutan sudah mulai membuka kegiatan ekowisata. 

“Bioreeftek dapat menjadi produk yang ditawarkan bagi para wisatawan yang tertarik untuk turut berpatisipasi dalam upaya-upaya konservasi terumbu karang,” terangnya. AJI/*

 

Pos terkait