TOLITOLI, MERCUSUAR – Desa Malangga, Kabupaten Tolitoli, masuk ke dalam 50 desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Menteri Parekraf, Sandiaga Salahuddin Uno diwakili oleh Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu menyambangi desa tersebut.
Ia mengatakan, desa wisata tersebut telah melalui uji standar penilaian tim juri terdiri dari tujuh kategori, yakni daya tarik pengunjung termasuk alam dan buatan, seni dan budaya, selain itu ada Suvenir mengenai kuliner, fesyen, dan kriya. Penilaian terhadap homestay, toilet umum, digital dan kreatif, Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE) dan Kelembagaan Desa juga masuk dalam kategori.
Vinsensius menjelaskan, persoalan yang kerap ditemui pelaku ekonomi kreatif adalah akses pemasaran, promosi, permodalan dan juga akses bahan baku.
”Di Kemenparekraf ada satu bidang yang mempunyai program bedah desain. Mereka akan terjun ke daerah yang memiliki produk e-craft luar biasa, tapi kemasan masih minim, kita akan buat lebih kekinian,” ujarnya, Senin (10/10/2022).
Sedangkan untuk promosi, Kemenparekraf berupaya produk ekonomi kreatif on boarding e commerce dan platform online. Ini salah satu langkah pemerintah untuk go digital.
Desa Malangga memiliki keunikan pada atap rumah mereka yang dikenal dengan istilah rumah “Langko”. Masyarakat lokal membuat atap rumah mereka dapat dibuka dan ditutup untuk menjemur hasil bumi seperti cengkeh agar langsung mendapat paparan sinar matahari. Selain itu, masyarakatnya juga terkenal akan produk gula merah yang masih mereka proses secara tradisional.
Upacara adat panen dan tradisi sumpit masih terlaksana setiap tahun. Selain itu, keindahan alam di desa ini juga menjadi hal menarik wisatawan datang berkunjung ke Desa Malangga, terdapat jalur sungai di tengah desa sering menjadi tempat wisata permandian dan tidak jauh dari pusat desa terdapat air terjun Malane.
Rumah Langko adalah bentuk hunian mayoritas penduduk setempat. Mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani cengkeh, cokelat, dan kelapa. Sedangkan soal kekayaan seni dan budaya, desa tersebut memiliki Tarian Moduai. Itu merupakan tari simbolisasi penyambutan tamu yang berkunjung ke Kabupaten Tolitoli. Konon, pada zaman kerajaan di Kabupaten Tolitoli, tarian ini sering digunakan untuk menyambut para tamu-tamu kerajaan yang berkunjung ke Kabupaten Tolitoli.
Kemudian ada Maragai. Itu merupakan tarian etnis masyarakat etnis Tolitoli yang pada masa itu dilaksanakan untuk menyambut para raja dan tamu kerajaan. Gerakan dasar pada tarian ini adalah gerakan silat, sehingga yang melakukan tarian ini laki-laki. IKI/*