Kepala BPOM Palu; Raih Penghargaan Program Inovasi

FOTO BPOM PALU

PALU, MERCUSUAR – Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Palu, Fauzi Ferdiansyah mendapatkan penghargaan terkait inovasi program kerja sama dengan Universitas Tadulako (Untad), yakni KKN Asyik menjadi Fasilitator Edukasi (KAFE) Obat dan Makanan yang melibatkan mahasiswa KKN Untad.

Penghargaan tersebut diberikan Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian Manajemen Pemerintahan (Puslatbang KMP) Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI usai Pelatihan Kepemimpinan Administrator angkatan I 2020 di Makassar, Sulawesi Selatan, medio pekan lalu.

“Atas inovasi itu diberikan penghargaan. Ini berkat kerja keras bersama seluruh jajaran BPOM di Palu, karena pelaksana inovasi KAFE Obat dan Makanan adalah teman-teman di BPOM Palu,” kata Fauzi saat dihubungi, Senin (31/8/2020).

Dijelaskannya, program tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan proses pengawasan obat dan makanan di Sulteng. Mengingat keterbatasan personel BPOM untuk melakukan pengawasan di wilayah Sulteng yang cukup luas dan memiliki sarana pengawasan yang banyak.

Olehnya itu, pihaknya mengembangkan kerja sama dengan Untad, untuk melatih para mahasiswa yang mengikuti program KKN menjadi agen edukasi, yang diharapkan dapat menyentuh langsung tengah masyarakat. “Kami menggunakan kerja sama ini untuk bisa sampai ke masyarakat, target utamanya adalah agar masyarakat cerdas dalam memilih obat dan makanan yang aman, bermutu serta bermanfaat. Agen-agen edukasi tersebut kami latih tentang obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen makanan, serta makanan dan minuman,” jelasnya.

Diakuinya pelaksanaan program KAFE Obat dan Makanan tahun ini masih terbatas menggunakan sistem daring, karena situasi pandemi COVID-19. Meski begitu, ia mengungkapkan dari target sebanyak 600 komunitas masyarakat yang diintervensi, yang konsisten sebanyak 499 komunitas. “Itu yang bisa kita nilai kondisi awal dan peningkatan pengetahuannya seperti apa. Kita masih menggunakan sistem daring karena masih situasi pandemi, desain aslinya mahasiswa ini turun hingga ke pelosok-pelosok desa. Olehnya ke depan program ini akan terus dikembangkan,” pungkasnya. IEA

Pos terkait