Kunjungi IMIP, Menteri PPN Pantau Dampak Investasi di Bahodopi

MOROWALI, MERCUSUAR – Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI, Suharso Monoarfa mengatakan kehadiran sebuah industri telah menjadi primadona bagi daerah.

Namun, menurut Suharso, saat melakukan kunjungan kerja di kawasan insutri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Rabu (1/2/2023), investasi seharusnya tak hanya menyejahterakan, tapi juga diharapkan tidak menimbulkan efek negatif.

“Nanti kita akan lihat mata rantai dari industri yang ada di sini. Kemudian, kita hitung juga ancaman-ancamannya. Apalagi nanti ada bahan baku baterai yang akan dihasilkan dari kawasan ini. Tentu ada dampak yang ditimbulkan. Karena itu, kita juga ingin lihat bagaimana peran apa yang bisa pemerintah lakukan terhadap lingkungan yang sudah dilaksanakan di sini,” ungkap Suharso.

Perkembangan investasi di IMIP semakin berkembang, dengan USD21 milyar total investasi telah diserap oleh kawasan tersebut. Bahkan, hingga tahun 2022, jumlah pekerja langsung dan tak langsung yang bekerja di kawasan itu sudah mencapai 77 ribu orang.

Suharso berharap, antara pemerintah pusat, pemerintah daerah serta industri yang ada dapat berkolaborasi dalam membangun daerah Morowali.

“Kalau Sekolah Dasar yang kemudian tidak bisa diadakan oleh Pemerintah Daerah, apa persoalannya? Pemerintah Daerah juga tidak harus lagi berpikir seperti birokrat, tapi industri. Persoalan jalan juga seperti itu. Ada yang bisa menjadi kewajiban negara, menjadi kewajiban provinsi, dan kabupaten kota,” jelasnya. 

Dalam kunjungan kerjanya itu, Suharso juga sempat mengunjungi Puskesmas Bahodopi, SDN 01 Bahomakmur dan kondisi pemukiman warga di blok E Bahomakmur.

Sementara itu, mewakili Bupati, Sekretaris Kabupaten Morowali, Yusman Mahbub mengatakan kawasan IMIP sudah ditetapkan menjadi kawasan proyek strategis nasional. Pertumbuhan ekonomi di Morowali begitu signifikan, dengan investasi terbesar di Sulteng untuk tahun 2022 sebesar Rp74 triliun.

“Menjadi beban kerja pemerintah daerah selama ini. Dampak investasi yang besar di Morowali. Apa bebannya? Pertama pendidikan, tahun ini kami butuh 104 ruang belajar baru untuk menampung siswa akibat banyaknya tenaga kerja yang masuk. Di Bahodopi saja, satu desa bisa ada 4 TK. Kedua, masalah kesehatan. Kita punya puskesmas, tapi sudah tidak bisa menampung lagi akibat melimpahnya migrasi penduduk dari wilayah-wilayah lain ke Bahodopi untuk bekerja di sini. Kemudian di sektor perhubungan, transportasi, dan lingkungan hidup, serta akibat-akibat yang lain,” urai Yusman.

Di tempat yang sama, CEO PT IMIP, Alexander Barus mengatakan, kawasan IMIP telah menyerap 77.800 pekerja langsung dan tak langsung, dan ada kurang lebih 6.800 TKA atau sebesar 8 persen.

Di kawasan industri IMIP, lanjutnya lagi, telah terbentuk tiga klaster industri, yakni klaster baja nirkarat, klaster baja karbon, dan klaster komponen baterai. Total nilai ekspor pada tahun 2022 sebesar USD10 milyar, dengan setoran royalti pajak sebesar Rp9,8 triliun.

“Kami membangun sudah hampir 10 tahun lebih. Sehingga keseimbangan pembangunan di dalam dan luar kawasan ini agak pincang. Mulai dari penataan lingkungan, sosial dan ekonomi. Olehnya itu, dengan kolaborasi antara pemerintah dan industri, kita tata lingkungan menjadi sebuah lingkungan yang hijau, sehingga masyarakat bisa bertumbuh dengan ekonominya. Kami siap untuk bekerja sama, dan berkontribusi sesuai dengan porsi yang kami bisa,” tegas Alexander Barus. */BBG

Pos terkait