Malam Tahun Baru, Pengunjung Telaga Tambing Dilarang Berkemah

Suasana objek wisata Telaga Tambing, Desa Sedoa Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, beberapa waktu lalu. FOTO: DOKUMENTASI MERCUSUAR

PALU, MERCUSUAR – Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) selaku pengelola objek wisata Telaga Tambing di Kabupaten Poso, melakukan pembatasan aktifitas di Telaga Tambing bagi para pengunjung.

Mulai Senin (30/12/2024) hingga Kamis (2/1/2025), pengunjung dilarang menginap atau berkemah di Tambing. Lokasi tersebut hanya dibuka pada jam kerja, yakni pukul 07.30—16.00 WITA.

Kepala BBTNLL, Titik Wurdiningsih mengatakan pihaknya mengeluarkan aturan pembatasan aktifitas pengunjung Telaga Tambing, berdasarkan pertimbangan cuaca ekstrem, terutama angin kencang yang terjadi pada sore hingga malam hari.

“Nah, kita tidak ingin adanya korban akibat cuaca yang akhir-akhir ini sulit diprediksi, seperti tiba-tiba angin kencang,” jelas Titik, di Palu, Senin (30/12/2024).

Selain itu, kata Titik, pihaknya juga tengah melakukan ⁠ecosystem recovery atau pemulihan ekosistem secara alami, di telaga yang berada di ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.

Diketahui, setiap akhir pekan, Telaga Tambing tak pernah sepi pengunjung. Bahkan di hari-hari libur jumlah pengunjung mencapai ribuan orang. Sesuai data menunjukan setiap hari Sabtu dan Minggu (hari libur), ada sekitar 300 orang pengunjung yang masuk bahkan menginap di lokasi objek wisata Danau Tambing.

Pada objek wisata tersebut terdapat sekitar 260-an jenis burung, yang 30 persen di antaranya adalah endemik di area itu. Artinya, 30 persen jenis burung yang ada di sekitar Telaga Tambing hanya ada dan berkembangbiak di alam setempat. Hal unik tersebut, yang membuat banyak pecinta dan peneliti burung datang ke lokasi itu.

Keunikan lain, adalah di lokasi itu ada tanaman anggrek dan tumbuh pohon leda, salah satu pohon endemik yang hanya ada di Sulteng.

Di lokasi itu juga disediakan tempat untuk berkemah dan juga memancing ikan. Kegiatan lainnya adalah mendaki gunung Rorekantimbu dan Torenali. AMR

Pos terkait