Masjid Raya Harapan Pascabencana

Andi Rully Djanggola

PALU, MERCUSUAR – Kehadiran Masjid Raya adalah harapan warga Sulteng usai luluh lantak dihantam bencana alam pada tahun 2018 silam. Kejadian tersebut membuat Masjid Agung Darussalam sebagai salah satu infrastruktur yang hancur ‘digoyang’ gempa bumi. Hal itu membuat masyarakat Sulteng seakan kehilangan Masjid yang dibanggakan.

Hal itu membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng langsung mencanangkan pembangunan kembali Masjid megah, yang selanjutnya diberi nama Masjid Raya Baitul Khairaat, persis di lokasi berdirinya Masjid Agung Darussalam dahulu.

“Kemudian diawali dengan proses perancangan dan pelaksanaan sayembara desain bangunan Masjid pada tahun 2020, lalu ditindaklanjuti dengan perancangan pada tahun 2021, kemudian ditandatangani kontrak atau surat perjanjian untuk memulakan pembangunan, pada tanggal 20 April tahun 2023,” urai Kepala Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (Cika-SDA) Sulteng, Andi Rully Djanggola, di Palu, Minggu (9/2/2025).

Rully mengungkapkan, saat ini perkembangan pembangunan Masjid yang direncanakan berdiri megah tersebut, telah mencapai hingga 70 persen. Proses tersebut rencananya akan berakhir pada bulan April 2025 mendatang, sesuai dengan surat kontrak perjanjian selama 3 tahun pembangunan.

Menurutnya, Masjid Raya adalah milik dan kebanggaan masyarakat Sulteng, yang kurang lebih selama enam tahun pascahancurnya Masjid Agung Darussalam, menunggu kehadiran Masjid yang berkapasitas besar, bisa menampung hingga 10 ribu jemaah.

Rully memaparkan, Masjid Raya Baitul Khairaat akan memiliki beberapa benda ikonik, seperti kubah besar, menara, jam dinding raksasa berdiameter 19,5 meter yang tersambung langsung dengan satelit. Selain itu, ada pula pengelolaan limbah, serta beberapa fasilitas yang diharapkan dapat membuat jemaah betah dan nyaman beribadah.

“Yang perlu diketahui juga, Masjid ini ditopang dengan beberapa tiang pancang, tersebar di 483 titik, karena mempertimbangkan kondisi Lembah Palu yang rawan gempa bumi. Tentu saja materialnya berstandar SNI, aman bagi kesehatan serta mudah didapatkan,” beber Rully.

Karena menjadi bagian dari bangunan ikonik di Tanah Kaili, ungkap Rully, Masjid tersebut turut dihiasi ornamen fasad bergambar daun kelor di sekelilingnya, dan merupakan ornamen dominan di bawah kubah dome enamel.

“Lebih dari sebuah harapan, Masjid Raya Baitul Khairaat, akan memberikan kontribusi bagi peradaban di Sulawesi Tengah. Maka mari kita jaga bersama aset berharga ini,” pungkasnya. MBH

Pos terkait