PALU, MERCUSUAR – Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Kota Palu, akan membuka jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dimulai pada tahun ajaran 2023-2024 mendatang.
Terkait kesiapan tersebut, MBS Kota Palu bersama sejumlah stakeholder terkait, melaksanakan workshop, yang membahas mulai dari konsep kurikulum, kema’hadan hingga rencana lokasi, pergedungan dan sarana, di ruang kelas MBS Kota Palu, baru-baru ini.
Wakil Direktur MBS Kota Palu, Hidayaturrahman Syam mengatakan, sebagai persiapan awal pengembangan jenjang hingga ke tingkat SMA, pengelolaan MBS Kota Palu telah diserahkan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Palu, kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulteng yang berwenang dalam pengelolaan sekolah tingkat SLTA.
Hidayat mengemukakan, sesuai sambutan Ketua PWM Sulteng, Muh. Amin Parakkasi pada pembukaan workshop tersebut, Muhammadiyah akan fokus mengembangkan pesantren Muhammadiyah yakni MBS Kota Palu. Pengembangan minat masyarakat akan berpengaruh pada pengembangan pesantren tersebut ke daerah-daerah di Sulteng.
“Beliau (Ketua PWM) menegaskan tujuan dan visi MBS Palu tidak lain adalah sekolah kader persyarikatan. Olehnya, semua pihak harus masif dalam upaya mensosialisasikan AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) ini,” kata Hidayat.
Rencananya, ungkap Hidayat, MBS Palu akan dikembangkan di tanah wakaf yang ada di jalan Soekarno-Hatta Kelurahan Talise Valangguni Kecamatan Mantikulore Kota Palu.
“Harapan kami, MBS Palu sebagai lembaga pendidikan kader persyarikatan, maka semua pihak ikut peduli berpartisipasi dalam memajukannya,” ujar Hidayat.
MBS Kota Palu, kata Hidayat, juga menyusun kurikulum pembelajaran berbasis seni dan budaya, serta pengembangan budaya lokal seperti sejarah, bahasa dan tulisan Kaili.
Selain itu, MBS Kota Palu sedang membuka pintu kerja sama bersama Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di negara-negara Timur Tengah, untuk membuka informasi beasiswa studi ke Universitas Al-Azhar dan Universitas Internasional Afrika.
“Kami bukan hanya mengembangkan bahasa Arab dan Inggris, tapi juga mengadakan pembelajaran bahasa Mandarin, agar santri dapat siap menghadapi era globalisasi,” pungkas Hidayat. IEA