PALU, MERCUSUAR – Masyarakat Sulteng merupakan komunitas yang heterogen. Jika salah dalam mengelola kondisi tersebut, akan menjadi potensi yang dapat memecah belah kerukunan kehidupan yang telah terbangun.
Hal itu disampaikan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulteng, H. Ulyas Taha, pada Sosialisasi Penguatan Moderasi Beragama, di salah satu hotel di Palu, Sabtu (8/7/2023).
Menurut Ulyas, penguatan moderasi beragama merupakan salah satu upaya, untuk meningkatkan pendekatan akulturasi, sehingga mampu membentuk hubungan antarumat beragama yang toleran dan rukun di Sulteng.
“Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama, dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum, berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa,” jelas Ulyas.
Oleh karena itu, lanjutnya, untuk mewujudkan Sulteng yang aman, damai dan agamis, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, baik dari tokoh maupun lembaga keagamaan.
“Karena dengan adanya peran tersebut, dapat memberikan ketentraman dan kerukunan yang dinamis, tanpa adanya perseteruan yang dapat menggangu kenyamanan orang lain,” tekannya.
Sementara itu, Ketua Panitia, Makmur Muhammad Arief, dalam laporannya menyampaikan tujuan sosialisasi tersebut adalah untuk meningkatkan sinkronisasi antara Aparatur Sipil Negara (ASN), tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda, serta pemerintah untuk membangun komunikasi berkesinambungan.
Selain itu, untuk merespons persiapan program 1.000 Kampung Moderasi di seluruh Indonesia, termasuk di Sulteng, yang rencananya akan diresmikan oleh Menteri Agama RI pada 27 Juli 2023. IEA